Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS dan UEA Kerja Sama Bangun Fasilitas AI Raksasa

Presiden AS Donald Trump dan CEO Nvidia Jensen Huang. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) dan Uni Emirat Arab (UEA) menandatangani kesepakatan pembangunan kompleks industri kecerdasan buatan (AI) terbesar di luar AS. Pengumuman ini disampaikan saat kunjungan Presiden Donald Trump ke Abu Dhabi pada Kamis (15/5/2025).

Fasilitas tersebut akan dibangun oleh perusahaan UEA bernama G42 dengan kapasitas 5 gigawatt dan luas sekitar 26 kilometer persegi. Kesepakatan ini memberi UEA akses lebih luas ke chip AI canggih buatan Nvidia.

CEO Nvidia, Jensen Huang, dilaporkan berbincang dengan Trump dan Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan di istana Abu Dhabi. CEO OpenAI Sam Altman, Masayoshi Son dari SoftBank, dan Presiden Cisco Jeetu Patel juga hadir dalam kunjungan tersebut.

1. UEA boleh beli 500 ribu chip Nvidia per tahun

Tahap pertama proyek ini akan dimulai dengan pembangunan pusat data berkapasitas 1 gigawatt. Kompleks seluas 26 km persegi ini akan menjadi pusat data AI terbesar di luar AS. Perusahaan-perusahaan AS akan mengoperasikan seluruh fasilitas yang ada.

Pihak AS juga akan menyediakan layanan cloud untuk kawasan Timur Tengah melalui fasilitas ini. Kesepakatan tersebut memungkinkan UEA mengimpor sekitar 500 ribu chip AI canggih Nvidia per tahun mulai 2025.

Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menilai AS akan diuntungkan oleh proyek strategis ini.

"Dengan memperluas teknologi unggulan AS ke mitra strategis penting di kawasan ini, kesepakatan ini merupakan pencapaian besar dalam mewujudkan visi Presiden Trump untuk keunggulan AS di bidang kecerdasan buatan" ujar Lutnick, dilansir NYT. 

2. UEA juga akan bangun pusat data di AS

UEA berkomitmen membangun pusat data di AS dengan kapasitas setidaknya sama besar dengan fasilitas di negaranya. Negara Teluk ini juga berjanji menyelaraskan peraturan keamanan nasional mereka dengan AS, termasuk perlindungan ketat terhadap teknologi.

Kesepakatan ini merupakan bagian dari "Kemitraan Percepatan AI AS-UEA" yang memperdalam kerja sama kedua negara. UEA telah menghabiskan miliaran dolar untuk menjadi pemain global di bidang AI dengan target menjadi pemimpin teknologi ini pada 2031.

Sheikh Mohamed menyambut positif kerja sama ini saat peresmian kesepakatan.

"Kemitraan ini memperkuat posisi kawasan kami sebagai pusat riset mutakhir dan pembangunan berkelanjutan," kata Sheikh Mohamed, dilansir CNBC. 

3. Berbeda dari kebijakan Joe Biden

Kebijakan Trump ini berbeda dari era Joe Biden yang dulu membatasi akses UEA ke chip AI canggih. Biden khawatir teknologi AS bisa bocor ke China melalui UEA. Penasihat AI Trump, David Sacks, menjelaskan bahwa pembatasan tersebut memang tidak seharusnya diterapkan pada negara sahabat.

AS sudah lama menerapkan kebijakan ketat untuk mencegah China memperoleh chip canggih. Kekhawatiran juga tetap ada karena perusahaan besar China seperti Huawei dan Alibaba masih beroperasi di UEA.

"Perubahan ini membuat UEA bisa bekerja sama dengan AS di bidang teknologi sambil tetap berhubungan dagang dengan China. UEA tidak meninggalkan China, tapi menyesuaikan strategi mereka agar sejalan dengan standar AS dalam hal komputasi dan chip," jelas Mohammed Soliman, peneliti Middle East Institute, dilansir The Guardian. 

Perusahaan G42 UEA telah mulai mengurangi perangkat China dan menjual investasi mereka di perusahaan China sesuai permintaan AS. Namun, Reuters melaporkan masih ada penyelundupan chip AI ke China dari beberapa negara termasuk UEA beberapa bulan lalu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us