Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Ingin Ambil Alih Gaza dan Ubah Jadi Zona Kebebasan

Presiden AS, Donald Trump. (Gage Skidmore, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menegaskan kembali keinginannya untuk mengambil alih Jalur Gaza dan menjadikannya zona kebebasan.

"Biarkan AS terlibat. Saya akan bangga jika AS memilikinya, mengambilnya, menjadikannya zona kebebasan, biarkan beberapa hal baik terjadi. Tempatkan orang-orang di rumah yang aman, dan Hamas harus ditangani," ungkap Trump di Qatar pada Kamis (15/5/2025), dikutip dari The Hill.

Trump pertama kali menyampaikan gagasannya terkait Gaza pada Februari lalu, dengan mengatakan bahwa AS akan membangun kembali wilayah tersebut dan memaksa warga Palestina pergi ke tempat lain. Rencana tersebut menuai kecaman global, termasuk dari negara-negara Arab dan PBB yang menilai langkah itu akan menjadi pembersihan etnis.

Trump membagikan gambar udara imbas kerusakan yang meluas akibat serangan udara Israel di Gaza, di mana hampir tidak ada bangunan yang berdiri. Pemimpin Negeri Paman Sam itu menyatakan bahwa tidak ada lagi yang bisa diselamatkan di wilayah kantong Palestina tersebut. 

1. Hamas tegaskan Gaza tidak akan 'dijual'

Pejabat Hamas, Basem Naim, mengatakan bahwa Trump memiliki pengaruh yang diperlukan untuk mengakhiri invasi Israel di Gaza dan membantu mendirikan negara Palestina. Naim menambahkan, wilayah kantong tersebut adalah bagian integral dari tanah Palestina, bukan real estate yang dijual di pasar terbuka.

Warga Palestina dengan keras menolak rencana apa pun yang mengharuskan mereka meninggalkan Gaza. Mereka membandingkan rencana Trump dengan peristiwa "Nakba" atau "malapetaka" pada 1948, ketika ratusan ribu orang kehilangan rumah dalam perang yang menyebabkan terbentuknya Israel, mengutip The Straits Times.

Pernyataan Trump tentang Gaza muncul saat jumlah korban yang tewas dalam serangan Israel ke Gaza melampaui 53 ribu orang, di mana sepertiga di antaranya adalah anak-anak, menurut kementerian kesehatan Gaza. Ratusan warga Palestina telah tewas minggu ini dalam serangan udara Negara Zionis yang semakin intensif. 

2. Hamas harap AS segera dorong gencatan senjata

Aksi protes membela Palestina. (Brahim Guedich, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Sehari sebelum lawatan Trump ke Timur Tengah, Hamas membebaskan sandera AS-Israel, Edan Alexander, yang ditawan oleh militan Palestina dalam serangan 7 Oktober 2023. Pembebasan itu meningkatkan harapan bahwa AS dapat segara mendorong gencatan senjata.

Dilaporkan NPR, milisi perlawanan Palestina itu mengatakan pihaknya telah mencapai kesepahaman dengan pemerintahan Trump bahwa pembebasannya akan mengarah pada masuknya bantuan kemanusiaan segera ke Gaza. Hamas juga mengharapkan seruan untuk gencatan senjata permanen dan negosiasi untuk mengakhiri perang.

Hamas menginginkan jaminan Washington bahwa kesepakatan pembebasan sandera Israel yang tersisa akan ditukar dengan diakhirinya invasi Israel dan penarikan pasukan Negara Zionis itu dari Gaza.

3. Israel rencanakan serangan lebih lanjut

ilustrasi peta Tepi Barat, Israel, dan Jalur Gaza (United States. Central Intelligence Agency. Directorate Of Intelligence, Public domain, via Wikimedia Commons)

Israel berencana melakukan serangan untuk mengambil alih lebih banyak wilayah di Gaza dan telah memanggil puluhan ribu tentara cadangan sebagai persiapan. Negara Zionis itu juga berencana meluncurkan rencana yang didukung AS untuk mendistribusikan jatah makanan kepada warga Palestina yang akan dipindahkan secara paksa ke Gaza selatan.

Pihaknya berdalih hal itu bertujuan memastikan Hamas tidak mengakses atau mendapatkan manfaat dari bantuan. Organisasi-organisasi PBB dan kelompok-kelompok bantuan lainnya di Gaza menolak berpartisipasi dalam skema tersebut, yang menurutnya akan menempatkan warga Palestina pada risiko yang lebih besar dan semakin menggusur penduduk.

Israel telah memberlakukan blokade selama lebih dari dua bulan di Gaza, dengan melarang masuknya semua bantuan, termasuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. Blokade tersebut telah menyebabkan setengah juta orang di wilayah tersebut kelaparan, dan memicu kritik luas dari berbagai pihak di seluruh dunia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us