Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Kerahkan Drone Mata-mata di Gaza untuk Awasi Gencatan Senjata

drone MQ-9 Reaper milik AS
drone MQ-9 Reaper milik AS (U.S. Air Force Photo / Lt. Col. Leslie Pratt, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • AS tidak ingin bergantung pada informasi Israel.
  • Misi drone mendukung pusat koordinasi militer internasional di Israel.
  • Sejumlah pejabat AS kunjungi Israel untuk pantau gencatan senjata.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Militer Amerika Serikat (AS) telah mulai menerbangkan drone pengintai di atas Jalur Gaza. Menurut laporan The New York Times pada Sabtu (25/10/2025), operasi ini bertujuan untuk memantau perjanjian gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hamas, serta dilakukan atas persetujuan Israel.

Operasi drone ini merupakan bagian dari upaya internasional yang dipimpin oleh AS. Misi pengawasan tersebut juga dimaksudkan untuk mendukung pusat koordinasi yang baru dibentuk untuk mengawasi implementasi gencatan senjata.

1. AS tidak ingin bergantung pada informasi Israel

Misi pengintaian kali ini memiliki tujuan berbeda dengan operasi AS selama dua tahun belakangan. Sebelumnya, drone MQ-9 Reaper digunakan untuk membantu upaya pencarian lokasi sandera Israel.

Melalui misi ini, pejabat AS ingin memahami situasi di Gaza secara mandiri, terlepas dari laporan intelijen Israel. AS dilaporkan khawatir jika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan membatalkan gencatan senjata.

Langkah ini dinilai tidak biasa oleh mantan diplomat Amerika, Daniel B. Shapiro, mengingat hubungan yang sangat erat antara kedua negara.

“Jika ada transparansi dan kepercayaan total antara Israel dan AS, hal ini tidak akan diperlukan. Tetapi, jelas AS ingin menghilangkan segala kemungkinan kesalahpahaman,” kata Shapiro.

2. Mendukung pusat koordinasi militer internasional di Israel

Misi drone ini juga mendukung entitas baru bernama Civil-Military Coordination Center (CMCC) yang berlokasi di Israel selatan. Pusat koordinasi ini didirikan oleh Komando Pusat militer AS (CENTCOM) untuk membantu memantau gencatan senjata.

CMCC berfungsi untuk memfasilitasi aliran bantuan kemanusiaan, logistik, dan keamanan ke Gaza. Pusat ini dijalankan oleh sekitar 200 personel militer AS yang bekerja sama dengan perwakilan dari beberapa negara sekutu. Selain AS, negara-negara lain seperti Australia, Prancis, dan Spanyol juga telah bergabung dalam inisiatif tersebut.

“Pusat koordinasi ini memungkinkan kami memantau secara real time apa yang terjadi di lapangan di Gaza,” ujar juru bicara CENTCOM, Kapten Timothy Hawkins, dilansir The Straits Times.

3. Sejumlah pejabat AS kunjungi Israel untuk pantau gencatan senjata

Wakil Presiden AS, JD Vance
Wakil Presiden AS, JD Vance (JD Vance, Public domain, via Wikimedia Commons)

Pengerahan drone AS ini terjadi di tengah gencatan senjata yang sangat rapuh. Kesepakatan tersebut, yang dimediasi oleh AS, Qatar, dan Mesir, terus terancam oleh serangan Israel dan berbagai masalah yang belum terselesaikan.

Sejumlah pejabat tinggi AS telah berkunjung ke Israel untuk memperkuat kesepakatan tersebut, termasuk Wakil Presiden JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio. Menlu Rubio dilaporkan mengunjungi CMCC yang baru didirikan pada hari Jumat, di mana ia mengakui bahwa gencatan senjata akan menghadapi berbagai tantangan.

“Akan ada pasang surut dan lika-liku. Namun, saya pikir kami punya banyak alasan untuk optimis terhadap kemajuan yang sedang dibuat” tutur Rubio.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Cek Fakta: PSI Usulkan Duet Gibran-Jokowi Maju Pilpres 2029?

27 Okt 2025, 08:31 WIBNews