AS Tangkap Pria Asal Rwanda yang Bohong atas Peran dalam Genosida

Jakarta, IDN Times - Eric Tabaro Nshimiye, warga Amerika Serikat (AS) kelahiran Rwanda ditangkap terkait genosida di Rwanda pada 1994. Dia ditangkap di Ohio pada Kamis (21/3/2024) dan dijadwalkan untuk hadir di pengadilan federal Boston di kemudian hari.
Dia dituduh telah berulang kali berbohong terkait keterlibatannya dalam pembunuhan dan pemerkosaan selama genosida. Hal tersebut dilakukan agar dapat memperoleh status suaka di AS.
1. Berbohong di pengadilan

Pada tahun 2019, Nshimiye bersaksi di persidangan Jean Leonard Teganya, yang merupakan teman sekelasnya saat sekolah kedokteran di Rwanda. Teganya telah dihukum karena menyembunyikan keterlibatannya atas tujuh pembunuhan dan lima pemerkosaan selama genosida.
Jaksa menuduhnya berbohong di bawah sumpah untuk menyembunyikan keterlibatannya dalam pembunuhan tersebut. Selain itu dia juga berbohong tentang keterlibatan mantan teman sekelasnya itu.
"(Tuan) Nshimiye dituduh berbohong untuk menyembunyikan partisipasinya dalam salah satu tragedi kemanusiaan terbesar sepanjang masa," kata Agen Khusus Investigasi Keamanan Dalam Negeri Michael Krol, dikutip dari BBC.
“Pemerintah menuduh kesaksiannya dalam membela terpidana genosida adalah upaya yang diperhitungkan untuk menyembunyikan kejahatan mengerikan yang dilakukan selama genosida.”
2. Tuduhan pembunuhan dan pemerkosaan

Pihak berwenang menuduhnya membunuh pria, wanita, dan anak-anak dari Tutsi dengan menggunakan pentungan dan parang. Korbannya termasuk seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dan seorang pria yang menjahit jas dokter di rumah sakit universitas.
Para saksi di Rwanda telah mengidentifikasi lokasi pembunuhan dan mengambil gambar senjata yang digunakan. Tuduhan lainnya, yaitu berpartisipasi dalam pemerkosaan terhadap banyak perempuan Tutsi.
Genosida di Rwanda dilakukan ekstremis etnis Hutu yang melakukan pembantaian terhadap komunitas minoritas Tutsi, serta lawan politik mereka, tanpa memandang etnis. Pembunuhan massal selama 100 hari itu menyebabkan sekitar 800 ribu orang tewas.
3. Melarikan diri ke AS

Dilansir dari Associated Press, Nshimiye melarikan diri dari pemberontak Tutsi dan pergi ke Kenya di tahun 1995, masih di tahun itu dia pergi ke AS, dan berbohong kepada pejabat imigrasi untuk mendapatkan status pengungsi. Sejak berada di AS, ia tinggal dan bekerja di Ohio, dan akhirnya memperoleh kewarganegaraan AS.
“Selama hampir 30 tahun, tuan Nshimiye diduga menyembunyikan kebenaran tentang kejahatan yang dia lakukan selama genosida di Rwanda untuk mencari perlindungan di Amerika Serikat, dan mendapatkan keuntungan dari kewarganegaraan AS,” kata Penjabat Jaksa AS Joshua Levy dari Massachusetts.
Dia menghadapi tuduhan yang mencakup pemalsuan informasi, menghalangi keadilan, dan sumpah palsu.