Aturan Baru, Penyandang Disabilitas Dilarang Mendaki Gunung Everest

Kementerian Pariwisata Nepal melarang pendakian solo. Orang disabilitas juga tidak diizinkan mendaki gunung Everest. Larangan ini diterapkan untuk mengurangi jumlah korban di pegunungan. Aturan baru ini mulai diterapkan sejak akhir tahun 2017.
Dilansir dari Guardian, pendaki solo harus didampingi pemandu gunung. Dan mereka yang mendampingi penjelajahan itu harus memenuhi syarat dan bersertifikat. Selain itu Pemerintah Nepal pun melarang pendaki berusia di bawah 16 tahun. Selain itu, saat ini Pemerintah Nepal juga sedang mendorong pembatasan usia pendaki yakni 76 tahun, menyusul setelah adanya pendaki berusia 85 tahun yang tewas pada Mei 2017 lalu.
Awalnya gunung everest ini hanya menarik para pendaki-pendaki elite. Namun karena biaya yang semakin terjangkau, banyak pendaki pemula ingin menaklukan gunung tertinggi di dunia ini

Gunung Everest awalnya hanya menarik para pendaki-pendaki elite. Namun karena biaya yang relatif terjangkau, akhirnya sejumlah pendaki gunung pemula mencoba menaklukan gunung ini. Terbanyak pendaki berasal dari Tiongkok dan India.
Hal ini membuat para pendaki berpengalaman merasa khawatir jika gunung tersebut menjadi penuh pendaki. Sementara standar keselamatan sangat rendah.
Larangan ini dilakukan untuk mencegah insiden maut saat pendakian berlangsung

Menurut data Himalaya, 29 orang disabilitas berusaha mendaki gunung Everst. 15 orang mencapai puncak. Sementara dua orang meninggal di gunung. Selain itu dari 8.306 pendakian ada 288 orang yang meninggal. Tahun ini enam orang pendaki meninggal dan 648 orang mencapai puncak.
Meski larangan ini merupakan bentuk pencegahan agar tidak ada insiden mau di pendakian, namun aturan baru ini mendapat kritik dari berbagai pihak. Banyak yang menilai, aturan itu sangat diskriminatif dan menyudutkan kaum disabilitas. Padahal disabilitas bukanlah menjadi penghalang untuk melakukan sesuatu.
Aturan ini mengandaskan mimpi seorang veteran Gurka, Hari Budha Magar yang memiliki mimpi mendaki Gunung Everest. Pasalnya ia kehilangan kedua kakinya saat bertugas. Meski dilarang, Hari akan tetap mencoba menaklukan Everest

Sementara dikutip Abc.net.au, seorang veteran tentara Gurka, Hari Budha Magar sangat menyayangkan aturan itu. Hari yang kehilangan kedua kakinya saat bertugas memiliki keinginan untuk menjadi pendaki tanpa kaki pertama di Gunung Everest.
"Nepal seharusnya bangga dengan saya, bukan malah melarang. Tidak ada satupun negara yang melarang orang disabilitas untuk mendaki," tuturnya. Aturan ini, kata dia, sangat diskriminatif. Ia pun akan tetap mendaki Gunung Everest di musim semi mendatang.