Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Balas AS, Iran Sita Kapal Tanker Minyak di Teluk Oman

bendera Iran (Pexels.com/Anna Tis)

Jakarta, IDN Times - Iran menyita kapal tanker bernama St Nikolas di Teluk Oman pada Kamis (11/1/2024). Aksi itu merupakan tindakan balasan Iran atas penyitaan kapal yang sama oleh Amerika Serikat (AS) pada tahun lalu.

Kapal tersebut berbendera Kepulauan Marshall membawa 19 awak, termasuk 18 warga Filipina dan satu warga Yunani, dan dimiliki oleh Empire Navigation dari Yunani. Kapal itu memuat sekitar 145 ribu metrik ton minyak di pelabuhan Basra Irak dan berlayar menuju ke Aliaga di Turki barat melalui Terusan Suez.

1. Sebelumnya AS telah menyita minyak Iran

Bendera Amerika Serikat. (Unsplash.com/Paul Weaver)

Dilansir Associated Press, misi Iran untuk perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan tindakan penyitaan yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur hukum.

“Penyitaan kapal tanker minyak oleh Angkatan Laut Iran bukan merupakan pembajakan. Sebaliknya, ini adalah tindakan sah yang disetujui oleh pengadilan dan sama dengan pencurian minyak Iran sendiri. Mematuhi prosedur hukum yang ditetapkan adalah pendekatan paling bijaksana untuk menyelesaikan masalah ini," kata pihak Iran.

Angkatan Laut Iran mengatakan, mereka melakukan tindakan tersebut sebagai pembalasan terhadap AS yang mencuri minyak Iran dari kapal tersebut.

St Nikolas dulunya bernama Suez Rajan dan pernah terlibat dalam perselisihan selama setahun yang menyebabkan Departemen Kehakiman AS menyita 1 juta barel minyak mentah milik Iran yang dibawa. Permasalah dimulai pada Februari 2022, ketika kelompok United Against Nuclear Iran mencurigai kapal itu membawa minyak dari Pulau Khargh Iran, terminal distribusi minyak utamanya di Teluk Persia.

Selama berbulan-bulan, kapal tersebut terdampar di Laut China Selatan di lepas pantai timur laut Singapura sebelum tiba-tiba berlayar ke pantai Texas tanpa penjelasan. Minyak mentah dalam kapal itu kemudian dipindahkan ke kapal tanker lain pada Agustus, yang melepaskan minyaknya di Houston sebagai bagian dari perintah Departemen Kehakiman AS.

Pada September, Empire Navigation mengaku bersalah atas penyelundupan minyak mentah Iran yang disetujui dan setuju untuk membayar denda 2,4 juta dolar AS (Rp37,3 miliar) atas kasus yang melibatkan kapal tanker tersebut.

Setelah kapal yang dulunya bernama Suez Rajan menuju AS, Iran telah menyita dua kapal tanker di dekat Selat Hormuz, termasuk satu kapal yang membawa muatan untuk perusahaan minyak AS, Chevron. Pada Juli, Iran telah memperingatkan akan bertindak terhadap pihak yang mengganggu Suez Rajan.

2. Gedung Putih mengecam penyitaan

Dilansir Reuters, Pentagon mengatakan pasukan Iran secara tidak sah menaiki kapal St Nikolas di Teluk Oman dan memaksanya mengubah arah menuju perairan teritorial Iran. Penyitaan itu dikecam oleh Gedung Putih.

"Tidak ada pembenaran apa pun untuk menyitanya, tidak ada alasan apa pun. Mereka harus melepaskannya," kata John Kirby, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih.

“Komunikasi dengan kapal tanker minyak, St Nikolas, di bawah bendera Kepulauan Marshall dan dimiliki oleh pemilik kapal Yunani Empire Navigation telah terputus sekitar pukul 06:30 pada 11 Januari di perairan Oman," kata kilang minyak Turki Tupras, menambahkan bahwa pihaknya telah membeli kargo tersebut dari pemasar milik pemerintah Irak, SOMO.

“Empire tidak mengetahui perintah pengadilan atau Angkatan Laut Iran telah menyita kapal mereka, dan masih belum dihubungi oleh siapa pun,” kata Empire Navigation.

3. Serangan terhadap kapal sedang meningkat

Ilustrasi kapal. (Unsplash.com/Fredrick F.)

AS dan sekutunya telah menyita kargo minyak Iran sejak 2019 untuk menegakkan sanksi terhadap program nuklir. Hal ini telah menyebabkan serangkaian serangan di Timur Tengah yang dikaitkan dengan Iran, serta penyitaan kapal oleh pasukan militer dan paramiliter Iran yang mengancam pelayaran global.

Penyitaan ini terjadi saat serangan terhadap kapal sedang meningkat di Laut Merah yang dilakukan kelompok Houthi dari Yaman yang didukung Iran. Serangan terbaru adalah serangan drone dan rudal terbesar yang dilakukan pada Selasa malam.

Houthi melakukan serangan di perairan tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina dalam perang Israel melawan Hamas di Jalur Gaza. Namun, para pemberontak semakin menargetkan kapal-kapal yang memiliki hubungan lemah atau tidak sama sekali dengan Israel.

Aksi Houthi meningkatkan risiko kemungkinan serangan balasan oleh pasukan pimpinan AS yang kini berpatroli di perairan tersebut, terutama setelah Dewan Keamanan PBB melakukan pemungutan suara pada Rabu, yang mengutuk Houthi dan para pejabat AS dan Inggris memperingatkan potensi konsekuensi atas serangan tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us