Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Krisis Migran Polandia-Belarusia, Picu Ketegangan di Uni Eropa

Para pengungsi dari Afghanistan terperangkap di hutan selama 3 minggu di perbatasan Polandia-Belarusia. (Twitter.com/Benjamin_P_Ward)

Jakarta, IDN Times - Krisis perbatasan Polandia dan Belarusia selama berbulan-bulan telah memicu perselisihan geopolitik. Ribuan migran ilegal berkumpul di dekat perbatasan Belarusia, berharap bisa menjadi pengungsi di negara-negara Uni Eropa (UE).

Polandia, negara yang berbatasan langsung dengan Belarusia, tidak mengizinkan para migran memasuki negaranya. Mereka kini terjebak di tengah suhu beku dan tidak bisa mengakses kebutuhan dasar, termasuk makanan dan kesehatan.

UE menuding Belarusia dengan sengaja mengumpulkan para migran dari Timur Tengah dan Afrika, seraya mengimingi mereka bisa memasuki negara Eropa barat. Mereka juga menuduh Belarusia menjadikan pengungsi sebagai ‘senjata’ untuk menentang sanksi yang diberikan blok tersebut.

Dilansir dari Al Jazeera, berikut fakta-fakta yang perlu kalian ketahui soal krisis migran di perbatasan Polandia-Belarusia.

1. Awal mula krisis

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko. twitter.com/EgeTelgraf

Pada awal 2021, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengutuk sanksi yang diberikan UE. Blok tersebut menghukum Belarusia atas pengalihan paksa jet penumpang pada Mei 2021 dan penangkapan jurnalis bernama Roman Protasevich.

Beberapa bulan sebelumnya, UE dan Amerika Serikat (AS) menghukum pemerintahan Lukashenko karena menindak perbedaan pendapat pada pemilihan umum 2020. Sengketa itu dikarenakan keinginan Lukashenko mengamankan periode keenamnya, sehingga memicu protes massal anti-pemerintah.

Sebagai bentuk protes, lelaki berusia 67 tahun itu mengumumkan kebijakan Belarusia yang tidak akan mencegah migran dan pengungsi tanpa dokumen untuk mencapai UE. Belarusia beralasan pemerintahnya tidak memiliki cukup dana untuk membendung arus pengungsi sebagai imbas sanksi UE.

Sejak itu, negara anggota UE yang berbatasan dengan Belarusia, termasuk Lithuania, Latvia dan Polandia, telah melaporkan peningkatan tajam terkait jumlah orang yang mencoba melintasi perbatasannya.

2. Ribuan migran mendirikan kemah di perbatasan Belarusia

Imigran ilegal dan pengungsi yang tertahan di perbatasan Polandia-Belarusia. twitter.com/prclondon

Diperkirakan 3.000 hingga 4.000 migran dan pengungsi, kebanyakan berasal dari Timur Tengah dan Afghanistan, mendirikan kemah di Belarusia yang berbatasan langsung dengan Polandia. Mereka tinggal di sana karena tidak diizinkan Polandia memasuki UE.

Kelompok hak asasi manusia telah menyuarakan keprihatinan atas kesejahteraan para pengungsi. Sejumlah dari mereka dikabarkan meninggal dunia. Pekerja kemanusiaan, pengacara, dan jurnalis dilarang untuk mengakses daerah perbatasan, apakah itu dari Polandia atau Belarusia.

3. Uni Eropa sebut Belarusia sengaja kumpulkan pengungsi di perbatasan Polandia

Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, menghadiri parade militer Hari Kemenangan di Rusia, pada 24 Juni 2020. twitter.com/CFTNI
Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, menghadiri parade militer Hari Kemenangan di Rusia, pada 24 Juni 2020. twitter.com/CFTNI

UE menuding pemerintah Belarusia sengaja membujuk para migran dan pengungsi untuk memasuki Eropa melalui negaranya. UE menuduh Belarusia menjadikan para pengungsi sebagai ‘senjata hibrida’ dan menyebut Lukashenko sebagai ‘gangster’ karena berbohong kepada para pengungsi.  

Otoritas Polandia mengaku melihat para pengungsi dikawal oleh militer Belarusia. Lukashenko menyangkal tuduhan itu dan menuduh UE melanggar HAM dengan menolak perjalanan yang aman bagi para pengungsi, bertentangan dengan aturan suaka internasional.

4. Polandia tuding Rusia berada di balik krisis migran

Presiden Rusia Vladimir Putin (ANTARA FOTO/REUTERS/Maxim Zmeyev)

Sementara itu, Polandia menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin mendalangi krisis migran yang sedang berlangsung. Namun, Rusia membantah tuduhan tersebut. 

Rusia justru menuduh Polandia dan UE berusaha ‘mencekik’ Belarusia, yang dinilai sebagai penyangga keamanan terhadap blok tersebut dan aliansi militer NATO.

Pemerintah Rusia juga mengirim pasukan terjun payung ke Belarusia pada Jumat (12/11/2021) untuk latihan militer. Awal pekan ini, mereka mengerahkan dua alutsista pembom berkemampuan nuklir dalam misi patroli di Belarusia selama dua hari berturut-turut.

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mendesak UE untuk memberikan dana kepada Belarusia, supaya negara tersebut menjadi buffer zone bagi para pengungsi. Seperti Turki yang menahan migran dari Timur Tengah supaya tidak menyeberang ke Yunani.

5. Belarusia ancam hentikan suplai gas ke Eropa

ilustrasi penampungan pengungsi (IDN Times/Mardya Shakti)

Hingga kini belum jelas bagaimana krisis ini akan berakhir. UE sedang mempertimbangkan sanksi terbaru kepada Belarusia, dengan menargetkan maskapai penerbangan yang dianggap dianggap terlibat dalam krisis tersebut.

Belarusia menyangkal telah merekayasa krisis dan memperingatkan sanksi tidak akan meredam ketegangan, kecuali UE dan AS mencabut sanksi yang telah mereka berikan.

Mereka juga mengancam akan memotong pasokan gas Rusia ke Eropa melalui jaringan pipa yang transit melalui wilayah Belarusia sebagai pembalasan atas sanksi baru Uni Eropa. Jika hal itu terjadi, maka harga gas di Eropa akan melonjak drastis, terlebih benua Biru akan memasuki musim dingin.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us