China Sebut Tuduhan Pidana AS atas Warga Negaranya Tak Sah

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Wang Wenbin menjelaskan bahwa penjatuhan hukuman penjara atas Warga Negara Tiongkok oleh pengadilan Amerika Serikat (AS) murni dibuat-buat.
Pernyataan itu disampaikan Tiongkok, Senin (08/11) setelah Xu Yanjun yang dipercaya sebagai agen intelijen Tiongkok dinyatakan bersalah atas aksi mata-mata oleh juri federal dari Departemen Kehakiman AS pada Jumat (05/11).
Menanggapi keputusan pengadilan AS, Kemenlu Tiongkok mendesak Washington untuk menggelar proses hukum sesuai dengan peraturan yang berlaku demi menjamin hak dan kewajiban Warga Negara Tiongkok, seperti yang dilansir dari Reuters.
1. Dijatuhi hukuman 60 tahun penjara

Atas dugaan aksi terlarang yang dilakukannya, Xu Yanjun dinyatakan bersalah atas lima pelanggaran, yakni dua tuduhan berkonspirasi dan mencoba melakukan spionase ekonomi, satu tuduhan konspirasi pencurian rahasia dagang, dan dua tuduhan percobaan pencurian rahasia dagang.
Dikarenakan kasus serius yang dihadapinya maka hukuman yang harus ia pikul juga cukup berat.
Melansir dari Reuters, setidaknya Yanjun harus menghadapi ancaman kurungan penjara maksimum hingga 60 tahun dan denda lebih dari 5 juta dollar AS atau setara dengan 71,3 miliar rupiah.
2. Terekam radar pengawasan intelijen sejak 2013

Dinas Intelijen Amerika Serikat ternyata sudah lama mengawasi gerak gerik Yanjun sebelum akhirnya ditangkap di Belgia pada 2018. Dikutip dari BBC, AS mencium aroma dugaan aksi spionase di sektor ekonomi oleh Xu Yanjun sejak 2013 silam.
Yanjun dikabarkan berhasil menyusup ke beberapa perusahaan industri manufaktur penerbangan AS, salah satunya General Electrics (GE) Aviations. Di sana ia coba mencuri informasi-informasi rahasia perdagangan yang dapat mengancam keunggulan pasar Amerika.
Selain itu, Yanjun juga sering mengganti nama aslinya dengan nama samaran selama bertahun-tahun guna mengantisipasi kecurigaan dan penangkapaan oleh pihak berwajib.
3. Spionase China ancaman terbesar Amerika Serikat

Berbagai bentuk aksi spionase yang dilakukan sebuah negara ke negara lain maupun kebalikannya sudah marak terlihat. Ketika konfrontasi militer masih di luar pertimbangan maka operasi infiltrasi secara senyap ke masing-masing negara menjadi pilihan utama.
Dilaporkan BBC, Direktur CIA Bill Burns menyebutkan jika Tiongkok memiliki keuntungan teknologi spionase yang sangat dominan daripada AS.
Terciptanya celah yang cukup lebar ini membuat Washington langsung memerintahkan aset CIA. Mulai sekarang seluruh kegiatan CIA akan fokus atas perkembangan Beijing yang begitu cepat, terutama sektor militer dan intelijen, agar bisa lebih siap menghadapi ancaman yang tidak diinginkan dari Tiongkok.