Diplomat Uni Eropa Sebut KTT UE-China seperti Dialog Orang Tuli

Jakarta, IDN Times - Uni Eropa dan China telah mengadakan KTT bilateral yang ke-23 melalui konferensi video pada 1 April 2022 lalu.
Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, dan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengadakan KTT dengan Perdana Menteri China, Li Keqiang yang diikuti melalui pertukaran dengan Presiden China Xi Jinping.
Menariknya, diplomat Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, KTT yang diselenggarakan pada Selasa (5/4/2022) layaknya seperti dialog orang tuli. Dia menambahkan para petinggi China tak mau berdialog tentang situasi keamanan di Ukraina.
1. China dianggap tidak ingin dialog soal Ukraina
Borrell diketahui sangat kecewa terhadap sikap China yang tak mau bicara tentang situasi di Ukraina. Borrell mengatakan kepada Parlemen Eropa bahwa PM Li Keqiang dan Presiden Xi Jinping ingin membicarakan hal-hal yang positif.
“China ingin mengesampingkan perbedaan kami di Ukraina, mereka tidak ingin berbicara tentang Ukraina. Mereka tidak ingin berbicara tentang hak asasi manusia dan hal-hal lain, dan sebaliknya fokus pada hal-hal positif, ”kata Borrell dalam debat berapi-api tentang China di Strasbourg, Prancis, dilansir South China Morning Post.
Dia menyindir bahwa KTT Uni Eropa-China bukan dialog dengan orang normal, melainkan dengan orang tuli.
“Ini bukan dialog, mungkin dialog orang tuli, kami tidak bisa berbicara banyak tentang Ukraina, dan kami tidak menyetujui hal lain,” lanjutnya.
2. UE dan China sepakat melanjutkan kerja sama di bidang perubahan iklim dan transisi energi
UE menyoroti kekecewaannya terhadap sanksi China yang menurut mereka tidak dapat dibenarkan, termasuk terhadap Anggota Parlemen Eropa. China juga dianggap telah melakukan pemaksaan terhadap EU Single Market and Member States.
Pemulihan dari pandemik COVID-19 tetap menjadi prioritas bersama dari dialog tersebut. Para pemimpin juga membahas kerja sama dalam kampanye vaksinasi dan pembukaan kembali ekonomi.
UE mengonfirmasi komitmennya untuk bekerja dengan China dan negara lainnya dalam kesepakatan baru tentang pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemik.
Para pemimpin dari kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan kerja sama dalam perubahan iklim dan transisi energi yang mendesak ini. UE menekankan pentingnya langkah-langkah tambahan, termasuk pengurangan bertahap batu bara menjelang COP 27 di Sharm-El Sheikh, dilansir The European Sting.
UE dan China akan bekerja sama untuk mengamankan kerangka kerja keanekaragaman hayati global baru yang kuat dan ambisius di COP15 di Kunming. Dialog Tingkat Tinggi tentang Lingkungan dan Iklim akan dilangsungkan sebelum musim panas.
3. China tak tertarik tentang situasi geopolitik Rusia-Ukraina
Duta besar China untuk Dewan Keamanan PBB, Zhang Jun, mengatakan negaranya tak tertarik dengan situasi geopilitik di Ukraina terkait operasi militer Rusia.
Dapat dikatakan China menganggap situasi Ukraina-Rusia hanya sebatas masalah geopolitik, bukan masalah kemanusiaan.
“Mengenai masalah Ukraina, China tidak mencari kepentingan geopolitik sendiri. Bukan pola pikir kita untuk melihat situasi dengan acuh dari pinggir lapangan, apalagi melakukan apa saja untuk menambah bahan bakar ke dalam api," kata Zhang.
Di sisi lain, diplomat Uni Eropa, Josep Borrell menyatakan bahwa penting bagi UE untuk terus berhubungan dekat dengan China dengan harapan akan menggunakan hubungannya untuk menekan Rusia.
"Kami mengutuk agresi Rusia terhadap Ukraina dan mendukung kedaulatan negara ini (Ukraina), demokrasi, bukan karena kami mengikuti AS secara membabi buta, seperti yang kadang-kadang disarankan China, tetapi karena itu adalah posisi kami, ini adalah pesan penting yang harus didengar oleh para pemimpin China," katanya.
China diketahui enggan memberikan sanksi kepada Rusia demi melanggengkan hubungan harmonisnya dengan negara tersebut. Walau begitu, China berjanji akan berusaha mengambil langkah positif untuk mencari solusi terkait situasi Ukraina-Rusia.