Dokter Gaza Selamatkan Bayi dalam Rahim Ibunya yang Tewas

Jakarta, IDN Times - Seorang bayi berhasil diselamatkan dari rahim perempuan Palestina yang terbunuh bersama suami dan putrinya akibat serangan Israel di kota Rafah, Gaza selatan.
Mohammed Salama, dokter yang merawatnya, mengatakan bahwa bayi perempuan dengan berat 1,4 kg itu dilahirkan melalui operasi caesar darurat. Ia kini berada dalam kondisi stabil dan membaik secara bertahap.
Ibunya, Sabreen Al-Sakani, sedang hamil 30 minggu saat tragedi naas itu menimpa ia keluarganya. Bayi tersebut kini ditempatkan di inkubator di rumah sakit Rafah bersama bayi lainnya.
1. Bayi akan dirawat selama beberapa minggu
Salama mengatakan, bayi tersebut akan dirawat di rumah sakit selama 3-4 minggu.
"Setelah itu kita lihat kondisinya, dan ke mana perginya anak ini, ke keluarga, ke bibi atau paman atau kakek dan neneknya. Ini tragedi terbesarnya. Kalaupun anak ini selamat, dia terlahir sebagai yatim piatu," ujarnya, dikutip Reuters.
Paman sang bayi, Rami Al-Sheikh, mengatakan bahwa putri kecil Sakani, Malak, yang tewas dalam serangan itu, ingin menamai adik barunya Rouh, yang berarti roh dalam bahasa Arab.
“Gadis kecil Malak senang adiknya lahir ke dunia,” katanya.
2. Sekitar 22 orang tewas dalam serangan terbaru Israel di Rafah
Sakani dan keluarga kecilnya termasuk di antara 22 orang yang tewas dalam serangan Israel di Rafah pada Sabtu (20/4/2024). Menurut laporan pejabat kesehatan Gaza, 18 korban tewas adalah anak-anak, dilansir Associated Press.
Saat ditanya tentang jumlah korban di Rafah, juru bicara militer Israel mengatakan bahwa mereka menyerang berbagai sasaran militan di Gaza, termasuk kompleks militer, pos peluncuran dan orang-orang bersenjata.
"Apakah Anda melihat satu orang pria di antara mereka yang terbunuh?" kata Saqr Abdel Aal, seorang pria Palestina yang kehilangan sejumlah anggota keluarganya dalam tragedi itu.
“Semuanya perempuan dan anak-anak. Seluruh identitas saya telah dihapus, termasuk istri saya, anak-anak dan semuanya," tambah dia.
Sementara itu, Mohammad al-Behairi mengatakan bahwa putri dan cucunya masih berada di bawah reruntuhan.
"Ini adalah perasaan sedih, depresi, kita tidak punya apa-apa lagi dalam hidup ini untuk ditangisi, perasaan apa yang harus kita rasakan? Saat kamu kehilangan anak-anakmu, ketika kamu kehilangan orang terdekat yang kamu cintai, bagaimana perasaanmu?” ungkapnya.
3. Lebih dari 34 ribu warga Palestina tewas di Gaza
Israel hampir setiap hari melakukan serangan udara di Rafah, tempat lebih dari separuh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa mencari perlindungan selama enam bulan terakhir. Israel juga mengancam akan melakukan serangan darat ke wilayah tersebut dengan tujuan melenyapkan Hamas.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mendesak Israel untuk tidak melancarkan serangan besar-besaran di Rafah demi menghindari lebih banyak korban sipil Palestina.
Otoritas kesehatan Palestina mengatakan, lebih dari 34 ribu orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah terbunuh dalam serangan Israel di Jalur Gaza. Perang terbaru ini dimulai setelah pejuang Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober, yang dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 253 lainnya.
Abu Jehad, seorang warga Kota Gaza yang berlindung di Rafah bersama keluarganya, mengatakan bahwa dia khawatir Israel akan menginvasi Rafah dan dia harus melarikan diri lagi.
“Kami terjebak dan semua orang menunggu gilirannya untuk mati,” kata Abu Jehad.