Donald Trump Cabut Embargo, AS Kirim 1.600 Bom Berat ke Israel

Jakarta, IDN Times - Israel menerima kiriman 1.600 unit bom berat MK-84 dari Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (15/2/2025) malam. Pengiriman ini bisa terjadi setelah Presiden AS, Donald Trump, mencabut pelarangan yang sebelumnya diberlakukan oleh pemerintahan Joe Biden.
Bom MK-84 merupakan bom tidak terpandu seberat 907 kilogram yang mampu menembus beton dan logam tebal. Senjata ini memiliki radius ledakan yang luas. Pemerintahan Biden sebelumnya menolak ekspor bom ini karena khawatir dampaknya terhadap area padat penduduk di Gaza.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyebut pengiriman ini sebagai aset penting bagi Angkatan Udara dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Katz juga berterima kasih kepada Trump atas dukungannya terhadap Israel.
1. Bom AS tiba di Pelabuhan Ashdod Israel
Pengiriman bom MK-84 ini merupakan hasil kerja sama tim Kementerian Pertahanan Israel yang bertugas di AS bersama unit transportasi khusus mereka. Bom-bom tersebut tiba di Pelabuhan Ashdod Israel, lalu dipindahkan ke berbagai pangkalan Angkatan Udara Israel.
Kementerian Pertahanan Israel melaporkan bahwa pengiriman ini menjadi bagian dari rekor pengiriman peralatan militer terbesar sepanjang sejarah Israel.
"Hingga saat ini, lebih dari 76 ribu ton peralatan militer telah tiba di Israel melalui 678 pengiriman udara dan 129 pengiriman laut," tutur juru bicara Kementerian Pertahanan Israel.
Melansir Ynet, AS juga telah mencabut embargo pengiriman 132 buldoser D9 ke Israel. Buldoser yang dibeli dari Caterpillar Inc ini sedang dalam perjalanan menuju Israel. Penggunaan D9 di Gaza sempat memicu kritik internal di AS karena digunakan untuk meratakan bangunan.
2. Trump cabut embargo bom era Biden
Pemerintahan Biden membekukan pengiriman bom MK-84 pada Mei 2024. Pembekuan ini dilakukan karena kekhawatiran penggunaan bom di area padat penduduk Rafah. Bom senilai jutaan dolar ini sebenarnya telah dibeli Israel dari Boeing menggunakan mata uang shekel.
Melansir JNS, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengkritik keras kebijakan Biden itu. Ia menilai pembekuan pengiriman senjata ke Israel tidak dapat diterima, apalagi mengingat Israel merupakan sekutu terdekat AS yang sedang berjuang mempertahankan diri. Kritik ini disampaikan saat pertemuannya dengan Menlu AS kala itu, Antony Blinken.
Trump mengumumkan pencabutan pembatasan pengiriman bom jenis tersebut pada 25 Januari 2025. Pengumuman ini disampaikan saat ia berada di pesawat kepresidenan Air Force One. Trump mengatakan Israel telah membayar senjata tersebut.
Juru bicara pemerintah Gaza, Salama Maroof, menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan AS.
"AS yang mengklaim diri sebagai negara demokrasi pertama dan pelopor HAM di dunia, malah mengirim 1.800 bom berat MK ke tentara pendudukan. Padahal Gaza sangat membutuhkan bantuan makanan, obat-obatan, air, tempat berlindung dan bahan bangunan," ujar Maroof, dilansir CNN.
3. Israel alihkan fokus ke Iran
Netanyahu berjanji akan menyelesaikan misinya melawan Iran setelah mendapat dukungan dari Trump. Pernyataan ini disampaikan saat ia bertemu dengan Menlu AS Marco Rubio yang berkunjung ke Israel.
Laporan badan intelijen AS mengungkap Israel berencana melakukan serangan ke tempat pengembangan nuklir Iran. Rencana agresif Israel ini berbeda dengan arah kebijakan Trump yang justru ingin menjalin perdamaian dengan Iran. Israel dilaporkan memiliki rencana besar untuk menggulingkan pemerintahan Iran saat ini.
Netanyahu juga mengatakan ia memiliki strategi bersama dengan Trump mengenai masa depan Gaza. Sebelumnya, Trump telah mengusulkan agar AS mengambil alih Gaza dan memindahkan warga Palestina secara permanen.
Pengiriman bom ini terjadi di tengah gencatan senjata yang masih rapuh antara Israel dan Hamas. Pertukaran sandera Israel dan tahanan Palestina masih berlangsung. Hamas melaporkan tiga polisi tewas akibat serangan Israel di Gaza pada Minggu (16/2/2025), dan menyebutnya sebagai pelanggaran serius.