Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Filipina dan Korsel Jalin Kemitraan Strategis

Bendera Filipina. (Unsplash.com/iSawRed)
Intinya sih...
  • Korsel dan Filipina menandatangani deklarasi kemitraan strategis untuk meningkatkan kerja sama keamanan, ekonomi, energi, dan bidang lainnya.
  • Korsel akan membantu modernisasi militer Filipina dengan penjualan jet tempur, kapal selam, dan sistem rudal untuk meningkatkan pertahanan teritorial dan keamanan maritim.
  • Penjaga pantai kedua negara menandatangani nota kesepahaman tentang kerja sama keamanan maritim serta memperkuat kerja sama keamanan di tengah ancaman rudal dan nuklir Korut serta tindakan China atas klaim Laut China Selatan.

Jakarta, IDN Times - Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, pada Senin (7/10/2024), menandatangani deklarasi bersama untuk membentuk kemitraan strategis. Kesepakatan ini tercapai saat Yoon melakukan kunjungan ke Manila, yang pertama dilakukan oleh pemimpin Korsel dalam lebih dari satu dekade.

Kemitraan tersebut akan meningkatkan kerja sama keamanan, ekonomi, energi, dan bidang lainnya. Perkembangan ini menandai peningkatan pertama hubungan bilateral sejak kedua negara menjalin hubungan diplomatik pada 1949.

1. Korsel berupaya meningkatkan penjualan senjata

Ilustrasi senjata api. (Pexels.com/Dan Galvani Sommavilla)

Yoon dalam konferensi pers bersama dengan Marcos, mengatakan keduanya telah membuka babak baru kemitraan dengan meningkatkan hubungan menjadi kemitraan strategis. Dia mengatakan negaranya akan secara aktif mengambil bagian dalam modernisasi militer Filipina, dilansir dari Reuters.

Korsel telah menjual jet tempur, korvet, dan fregat FA-50 ke Filipina. Pada tahap ketiga rencana modernisasinya, militer Filipina berupaya membeli aset canggih seperti jet tempur, kapal selam, dan sistem rudal, untuk meningkatkan pertahanan teritorial dan keamanan maritim.

Seoul berupaya meningkatkan ekspor pertahanan setelah invasi Rusia ke Ukraina membuka peluang ekspor berskala besar dari Eropa, Timur Tengah, dan Asia. Negara itu bertujuan menjadi eksportir senjata terbesar keempat di dunia pada 2027.

2. Khawatir dengan tindakan Korut dan China

Bendera China. (Pixabay.com/PPPSDavid)

Penjaga pantai kedua negara telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang kerja sama keamanan maritim, yang meliputi pemberantasan kejahatan transnasional, berbagi informasi, dan pelaksanaan operasi pencarian dan penyelamatan bersama.

Kedua pemimpin tersebut sepakat untuk memperkuat kerja sama keamanan di tengah berkembangnya ancaman rudal dan nuklir Korea Utara (Korut).

"Kedua negara mengutuk lonjakan peluncuran rudal balistik Korut yang belum pernah terjadi sebelumnya dan retorikanya mengenai kemungkinan penggunaan senjata nuklir," katan kedua negara itu dalam deklarasi bersama, yang mendesak Pyongyang mematuhi kewajibannya berdasarkan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dikutip dari Anadolu Agency.

Manila dan Seoul juga khawatir atas meningkatnya tindakan China atas klaim terhadap Laut China Selatan. Dalam pernyataan bersama mengatakan tindakan di perairan tersebut tidak sesuai dengan tatanan internasional berbasis aturan, yang merusak perdamaian dan kesejahteraan.

3. Kerja sama energi nuklir

Ilustrasi reaktor nuklir. (Unsplash.com/Wim van 't Einde)

Sejak menjabat sebagai presiden pada 2022, Yoon berjanji untuk meningkatkan industri tenaga nuklir dengan menargetkan ekspor 10 pembangkit listrik tenaga nuklir lagi pada 2030.

Korea Hydro & Nuclear Power (KHNP) dan pemerintah Filipina telah menandatangani MoU untuk studi kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bataan, yang telah lama tidak beroperasi.

Fasilitas nuklir itu selesai dibangun pada 1986, tetapi tidak pernah diaktifkan karena masalah keselamatan menyusul bencana nuklir Chernobyl di Ukraina tahun itu. Pembangunan fasiltas tersebut menghabiskan biaya sebesar 2,3 miliar dolar AS (Rp36,1 triliun).

Filipina berupaya memanfaatkan tenaga nuklir sebagai sumber daya dasar alternatif yang layak karena ingin menghentikan listrik dari batu bara untuk memenuhi tujuan iklim dan meningkatkan ketahanan energi.

Kedua negara Asia juga sepakat berkolaborasi dalam proyek infrastruktur di Filipina dan memperkuat transformasi digital dan rantai pasokan mineral penting.

Korsel akan menyediakan sekitar 2 miliar dolar AS (Rp31,4 triliun) untuk mendukung pembangunan Jaringan Jalan Tepi Danau Laguna dan proyek jembatan untuk menghubungkan tiga pulau tengah Filipina, Panay, Guimaras, dan Negros.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ifan Wijaya
EditorIfan Wijaya
Follow Us