Hamas: Israel Bunuh 271 Warga Palestina sejak Gencatan Senjata Berlaku

- Israel hancurkan rumah-rumah di wilayah yang dikuasai militer di Gaza
- Israel terus batasi bantuan yang masuk ke Gaza
- Total 315 jenazah warga Palestina telah diserahkan oleh Israel sejak dimulainya gencatan senjata
Jakarta, IDN Times - Hamas menuding Israel telah membunuh 271 warga Palestina di Gaza sejak kesepakatan gencatan senjata diberlakukan pada Oktober lalu. Lebih dari 90 persen korban disebut merupakan warga sipil.
Dalam pernyataan melalui Telegram pada Senin (10/11/2025), kelompok Palestina itu mengungkapkan bahwa di antara korban tewas terdapat 39 perempuan, 107 anak-anak, dan 9 orang lanjut usia. Selain itu, 622 orang lainnya juga terluka akibat tembakan Israel.
“Ini menegaskan sifat pembalasan dan sistematis dari serangan pendudukan (Israel),” tambah Hamas, seraya mendesak para mediator dan penjamin perjanjian gencatan senjata untuk bertindak demi memastikan Israel menghentikan pembunuhan dan mematuhi kesepakatan sepenuhnya, dilansir dari Anadolu.
1. Israel hancurkan rumah-rumah di wilayah yang dikuasai militer di Gaza
Hamas juga mengatakan bahwa militer Israel secara sistematis menghancurkan rumah-rumah di dalam area “garis kuning”, yaitu batas penarikan sementara pasukan Israel di Gaza yang telah disepakati dalam perjanjian gencatan senjata. Hal ini dikonfirmasi oleh koresponden Al Jazeera di lapangan, yang melaporkan bahwa operasi pembongkaran di wilayah timur Khan Younis semakin intensif.
“Setiap bangunan atau rumah berlantai dua menjadi sasaran,” kata Hamdan Radwan, Wali Kota Bani Suheila, kota terbesar di wilayah tersebut.
Laporan juga menyebutkan bahwa pasukan Israel meledakkan blok-blok permukiman di wilayah Gaza tengah. Citra satelit dan rekaman di lapangan menunjukkan sebagian besar permukiman telah hancur menjadi puing-puing.
2. Israel terus batasi bantuan yang masuk ke Gaza
Israel juga terus membatasi pengiriman bantuan ke Gaza, melanggar salah satu ketentuan utama dalam perjanjian gencatan senjata. Hamas mengatakan bahwa Israel menolak mengizinkan masuknya 600 truk bantuan setiap hari, termasuk 50 truk yang membawa bahan bakar, seperti yang telah disepakati.
Pada Minggu (9/11/2025), hanya 270 truk yang dapat masuk ke Gaza melalui penyeberangan Karem Abu Salem dan al-Karara. Pengiriman tersebut mencakup 126 truk bantuan kemanusiaan, 127 truk berisi barang-barang komersial, 10 truk berisi bahan bakar, dan 7 truk yang mengangkut gas untuk memasak.
“Kami telah memantau situasinya, dan sebagian besar truk yang masuk adalah truk komersial nonesensial. Menurut PBB dan Reuters, hanya sekitar 200 truk bantuan kemanusiaan yang masuk setiap hari.” kata Hind Khoudary dari Al Jazeera.
Ia menambahkan bahwa di Gaza utara, di mana banyak pengungsi telah kembali, PBB melaporkan tidak ada bantuan langsung yang masuk selama 75 hari terakhir. Warga dilaporkan terpaksa tidur dalam keadaan lapar dan mengantre berjam-jam untuk mendapatkan air.
3. Total 315 jenazah warga Palestina telah diserahkan oleh Israel sejak dimulainya gencatan senjata
Pada Senin, Israel kembali menyerahkan jenazah 15 warga Palestina kepada pihak berwenang di Gaza sebagai bagian dari perjanjian pertukaran jenazah dalam kesepakatan gencatan senjata. Total sebanyak 315 jenazah telah diserahkan, dengan hanya 89 yang berhasil diidentifikasi akibat pembusukan dan keterbatasan peralatan medis. Wafa melaporkan bahwa sebagian besar jenazah tersebut menunjukkan tanda-tanda penyiksaan.
Sementara itu, Hamas mengatakan telah memenuhi kewajibannya sesuai kesepakatan genctaan, dengan dengan menyerahkan 20 sandera yang masih hidup dan 24 jenazah dari total 28 sandera yang meninggal dunia, meskipun menghadapi kehancuran besar-besaran, minimnya peralatan, dan gugurnya sejumlah pejuang mereka.
Menurut otoritas Israel, Hamas menangkap 251 orang ketika kelompok Palestina itu melancarkan serangan di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sedikitnya 1.139 orang. Pada hari yang sama, Israel melancarkan perang di Gaza, yang hingga kini telah menewaskan sedikitnya 68.875 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah tersebut.


















