Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hamas Kecam Penggunaan Baju Simbol Yahudi terhadap Tahanan Palestina 

protes solidaritas terhadap Palestina (unsplash.com/Iason Raissis)
protes solidaritas terhadap Palestina (unsplash.com/Iason Raissis)

Jakarta, IDN Times - Hamas mengecam tindakan Israel yang memaksa para tahanan Palestina yang dibebaskan baru-baru ini untuk mengenakan kaus berlogo Bintang Daud disertai kalimat “kami tidak akan melupakan atau memaafkan” dalam bahasa Arab.

Pada Sabtu (15/2/2025), sebanyak 369 tahanan Palestina dibebaskan dengan imbalan 3 sandera Israel berdasarkan kesepakatan gencatan senjata. Sebelum pertukaran tersebut, Layanan Penjara Israel merilis foto para tahanan dengan mengenakan kaus provokatif itu. Beberapa dari mereka kemudian membakar baju itu setibanya di Rumah Sakit Gaza Eropa di Khan Younis.

“Kami mengecam kejahatan pendudukan yang menempatkan slogan-slogan rasis di  punggung para tahanan heroik kami, dan memperlakukan mereka dengan kekejaman dan kekerasan, yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum dan norma kemanusiaan,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

Pihaknya menambahkan, hal tersebut sangat berbeda dengan komitmen mereka terhadap nilai-nilai moral dalam memperlakukan para sandera Israel.

1. Bentuk dehumanisasi terhadap warga Palestina

Selain Hamas, kelompok Jihad Islam Palestina juga mengecam kaus tersebut dengan menyebutnya sebagai kejahatan rasis.

Menurut Otoritas Penyiaran Israel, penggunaan kaus tersebut juga menuai kritik di Israel. Seorang sumber mengungkapkan bahwa tokoh politik Israel tidak diberitahu mengenai tindakan tersebut. Adapun keputusan untuk mengenakan pakaian tersebut kepada para tahanan dibuat oleh Komisaris Penjara Israel, Kobi Yaacobi.

Dilansir dari Al Jazeera, Mohamad Elmasry, profesor program studi media di Institut Studi Pascasarjana Doha, mengatakan bahwa tindakan ini merupakan metode lainnya yang digunakan Israel untuk dehumanisasi warga Palestina.

2. ICRC minta semua pihak untuk bebaskan tahanan dengan cara yang lebih bermartabat

Dilansir dari Anadolu, Komite Palang Merah Internasional (ICRC), yang memfasilitasi pertukaran tahanan-sandera, meminta semua pihak untuk melakukan pembebasan dengan cara yang lebih bermartabat.

“Meskipun berulang kali menyerukan agar semua pertukaran dilakukan dengan cara yang bermartabat dan pribadi, semua pihak harus melakukan lebih banyak upaya, termasuk para mediator, untuk meningkatkan pertukaran di masa depan,” kata ICRC dalam sebuah pernyataan pada Sabtu.

Menurut komite tersebut, sedikitnya 24 sandera dan 985 warga Palestina telah dibebaskan sejak gencatan senjata Israel-Hamas dimulai pada Januari 2025.

3. Empat tahanan Palestina dalam kondisi kritis

Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa empat tahanan Palestina yang dibebaskan pada Sabtu berada dalam kondisi kritis. Mereka kini telah dirawat di rumah sakit di kota Ramallah, Tepi Barat yang diduduki.

Banyak warga Palestina mengalami penurunan berat badan yang sangat drastis selama berada di penjara. Beberapa dari mereka terlihat kesulitan berjalan akibat kondisi kesehatan yang buruk serta penyiksaan. Sebagian besar dari mereka ditahan tanpa dakwaan apa pun.

“Kondisi kami di penjara sangat sulit, dan tidak ada seorang pun yang mampu menanggungnya. Selama satu setengah tahun, kami tidak memiliki alat komunikasi apa pun, dan kami terisolasi dari dunia luar,” kata Amir Abu Radah, yang mendekam selama 18 bulan di penjara gurun Nafha Israel, di mana otoritas memutus pasukan air dan listrik.

Hazem Rajab, tahanan lainnya yang dibebaskan baru-baru ini, juga menceritakan tentang perlakuan tidak manusiawi yang diterima sejak ia ditangkap oleh tentara Israel pada Desember 2023.

“Orang-orang Israel memberi tahu kami ‘Selamat datang di neraka’. Benar-benar neraka. Sejak hari pertama, kami dipukuli habis-habisan. Pemukulannya brutal, keras dan tak tertahankan," ungkapnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us