Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hari Kebebasan Pers Sedunia, Jurnalis Pakistan Tewas Dibom

Bendera Pakistan (Unsplash.com/Abuzar Xheikh)
Bendera Pakistan (Unsplash.com/Abuzar Xheikh)

Jakarta, IDN Times - Jurnalis Pakistan Siddique Mengal, tewas ketika bom meledak di di dekat daerah Chamrok di Jalan Sultan Ibrahim Khan, distrik Khuzdar, provinsi Baluchistan. Insiden terjadi pada Jumat (3/5/2024), ketika Hari Kebebasan Pers Sedunia sedang diperingati.

Mengal merupakan presiden klub pers distrik tersebut. Ledakan itu juga menewaskan dua orang lain dan melukai tujuh orang. Petugas polisi Ghulam Mustafa menjelaskan, Mengal memang menjadi sasaran bom tersebut.

1. Jurnalis jadi sasaran utama serangan bom

ilustrasi (Unsplash.com/Jeff Kingma)
ilustrasi (Unsplash.com/Jeff Kingma)

Ketika bom merobek kendaraan Mengal, dia tewas di tempat dan sembilan orang yang terluka dilarikan ke Rumah Sakit Sipil di Khuzdar. Tapi dua orang terluka kritis dan meninggal di rumah sakit.

Dilansir Dawn, polisi mendapatkan bukti dari rekaman video yang diperoleh ketika serangan bom terjadi. Dalam video menunjukkan, seorang pria yang mengendarai sepeda motor mendekati mobil Mengal yang bergerak pelan. Pria terebut kemudian memasang bom magnet dan meledak beberapa detik kemudian.

Mustafa mengatakan, bukti-bukti yang dikumpulkan menyebutkan Mengal diserang saat hendak memimpin salat di suatu tempat. Serangan itu terjadi persis sekitar salat Jumat hendak dilakukan.

2. Pakistan adalah salah satu negara berbahaya bagi jurnalis

Kantor Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengungkapkan kesedihan dan duka mendalam atas kemartiran Mengal. Sementara ini, belum ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan.

Dilansir VOA News, serangan pada Jumat itu disebut sebagai salah satu contoh bahaya yang dihadapi jurnalis saat bekerja di Pakistan.

Reporters Without Borders (RSF), memasukkan Pakistan sebagai salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi jurnalis.

"Tiga hingga empat pembunuhan setiap tahunnya yang sering dikaitkan dengan kasus korupsi atau perdagangan ilegal dan terus berlanjut tidak dihukum," katanya.

RSF merilis Indeks Kebebasan Pers Dunia pada Jumat, memasukkan Pakistan pada urutan 152. Peringkat tersebut turun dua poin karena sebelumnya Pakistan berada di urutan 150 dari 180 negara.

3. Banyak jurnalis meninggalkan Pakistan

Banyak jurnalis Pakistan yang melarikan diri dari negaranya. Noor Ul Amin Danish, pernah menjadi reporter investigasi kejahatan di Islamabad, tapi dia meninggalkan negaranya pada 2021 dan sekarang tinggal di Kanada.

"Jurnalisme di Pakistan tidak menawarkan pertumbuhan finansial atau intelektual. Pengendalian kebijakan institusional dan kepemilikan media merupakan hambatan yang signifikan," katanya, dikutip dari Deutsche Welle.

Danish adalah salah satu dari ratusan jurnalis yang pergi dari Pakistan. Kepergian itu didorong berbagai masalah, dari mulai finansial dan ketidakpuasan kerja serta ancaman kekerasan.

"Jurnalis di Pakistan sering kali dibunuh atau diculik, dan banyak di antara mereka yang terus bekerja dengan gaji yang kecil, atau tanpa gaji sama sekali," ujar Danish.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), 64 jurnalis telah terbunuh sehubungan dengan pekerjaan mereka di Pakistan sejak 1992. Pakistan berada di peringkat ke-11 pada 2023, yang mengurutkan negara-negara berdasarkan seberapa sering pembunuh jurnalis tidak dihukum.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us