Inggris Larang Vape Sekali Pakai Mulai Minggu Ini!

Jakarta, IDN Times - Inggris akan melarang penjualan rokok elektrik (vape) sekali pakai, dimulai mulai Minggu (1/6/2025), sebagai upaya yang sudah direncakan sejak Januari 2024 untuk mengatasi masalah lingkungan yang disebabkan oleh limbah perangkat tersebut.
Meski begitu, beberapa aktivis lingkungan cemas bahwa aturan baru ini dampaknya hanya kecil dalam usaha besar memerangi krisis sampah plastik. Sementara itu, kebijakan ini menjadikan Inggris salah satu negara pelopor di Eropa yang menerapkan undang-undang sejenis.
Pemerintah juga menekankan bahwa larangan ini sangat krusial untuk melindungi generasi muda dari paparan dan risiko kesehatan akibat vape sekali pakai.
1. Vape sekali pakai sangat mencemari lingkungan
Dalam keterangan halaman resmi Inggris, dijelaskan bahwa setelah dibuang, perangkat ini dapat melepaskan senyawa kimia berbahaya seperti timbal dan merkuri. Senyawa tersebut berisiko tinggi mencemari sungai, tanah, dan berbagai sumber air.
Selain itu, serpihan plastiknya dapat menjadi mikroplastik yang dapat membahayakan kesehatan, bahkan berpotensi terakumulasi dalam tubuh manusia serta hewan.
Masalah limbah ini diperkuat oleh data dari kelompok lingkungan Material Focus yanng menunjukkan bahwa sekitar 8,2 juta unit vape sekali pakai dibuang di Inggris setiap minggunya. Lebih dari itu, besarnya angka limbah ini juga berarti pemborosan terhadap sumber daya seperti kobalt, tembaga, dan lithium yang terkandung di dalamnya.
Material Focus bahkan menemukan pada 2022, lebih dari 40 ton lithium terbuang dari produk vape sekali pakai di Inggris, jumlah yang cukup untuk membuat baterai untuk sekitar 5 ribu mobil listrik.
Selain itu, material plastik vape diperkirakan dapat bertahan hingga 600 tahun, menimbulkan kekhawatiran serius bagi kelestarian lingkungan.
2. Produsen vape ubah produk agar terhindar dari larangan
Undang-undang larangan ini tidak menargetkan para pengguna vape, melainkan para penjual atau distributor yang diperingatkan harus memberhentikan penjualan rokok elektrik sekali pakai atau menjualnya sebelum 1 Juni 2025.
Mereka yang melanggar aturan ini dapat dikenakann sanksi yang berbeda-beda, yang mencakup denda minimal 200 poundsterling (sekitar Rp4.4 juta), penyitaan vape, atau bahkan denda lebih dan hukuman penjara jika terus melanggar.
Namun, larangan ini tidak berlaku jika menjual vape yang bisa dipakai kembali. Celah ini dimanfaatkan oleh produsen vape sebelum undang-undang larangan berlaku dengan mengembangkan model yang bisa dipakai kembali.
Dilansir BBC, produk sekali pakai yang dimaksud adalah produk yang tidak bisa memiliki kemampuan untuk diisi ulang daya dan cairannya.
"Kami telah secara proaktif mempersiapkan perubahan ini," kata juru bicara ElfBar dan Lost Mary kepada CNN.
Lebih lanjut, ia mengungkap bahwa perusahaannya telah mengembangkan produk yang bisa dipakai kembali di Inggris pada pertengahan 2022 dan pada tahun lalu.
3. Larangan dikhawatirkan menciptakan pasar gelap dan meningkatkan jumlah perokok tembakau
Undang-undang ini dikhawatirkan justru akan meningkatnya jumlah perokok tembakau dari kalangan pengguna vape yang mencari alteratif, serta risiko munculnya pasar gelap untuk vape sekali pakai.
Menurut Direktur Jenderal Asosiasi Industri Vaping Inggris, John Dunne, melarang penggunaan vape sekali pakai bukanlah solusi yang tepat. Pemerintah seharusnya menegakkan hukum yang sudah ada untuk melindungi anak-anak dan lingkungan agar terhindar dari dampak negatif.
Kekhawatiran akan munculnya pasar gelap vape sekali pakai juga didasari oleh perilaku dan preferensi konsumen. Produk ini diminati karena desainnya yang ramping, kemasan menarik dengan warna-warna cerah, serta variasi rasa manis dan buah-buahan yang beragam. Faktor-faktor inilah yang diduga turut mendorong popularitasnya secara signifikan di kalangan remaja dan dewasa muda, terlepas dari apakah mereka sebelumnya perokok tembakau atau bukan
Selain itu, kemudahan untuk sering berganti rasa tanpa perlu mengisi ulang atau melakukan perawatan rumit menjadi alasan lain mengapa vape sekali pakai lebih disukai sebagian pengguna dibandingkan produk non-sekali pakai.