Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Inggris, Prancis, dan Jerman Kecam Israel yang Blokir Bantuan ke Gaza

pemandangan reruntuhan di Gaza. (pixabay.com/hosnysalah)

Jakarta, IDN Times - Inggris, Prancis, dan Jerman mengeluarkan pernyataan bersama mengecam keputusan Israel menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Tindakan pemblokiran bantuan ini dilakukan Israel sejak Minggu (2/3/2024) sebagai upaya mendorong Hamas menerima perubahan kesepakatan gencatan senjata.

Ketiga negara Eropa itu memperingatkan Israel bahwa pemblokiran bantuan kemanusiaan berisiko melanggar hukum humaniter internasional. Mereka mendesak Israel mematuhi kewajiban internasionalnya agar memastikan bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Gaza secara cepat, aman, dan tanpa hambatan.

 "Bantuan kemanusiaan tidak boleh dikaitkan gencatan senjata atau digunakan sebagai alat politik. Kami menegaskan kembali bahwa warga sipil Gaza yang telah begitu menderita harus diizinkan kembali ke rumah mereka dan membangun kembali kehidupan mereka," bunyi pernyataan tersebut, dilansir The Guardian pada Kamis (6/3/2025).

1. Dampak blokade bantuan di Gaza

Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan persediaan makanan di Gaza sangat kritis. Stok makanan dapur umum dan toko roti di Gaza hanya tersisa untuk kurang dari dua pekan akibat blokade bantuan Israel.

Pasar di Gaza mengalami kelangkaan berbagai barang kebutuhan pokok. Bahan pokok seperti tepung dan obat-obatan mengalami kenaikan harga signifikan.

UNICEF memperingatkan bahwa blokade bantuan berisiko menghentikan program vaksinasi rutin di Gaza. Program perawatan bayi prematur juga terancam terhenti karena kekurangan ventilator dan peralatan medis lainnya.

Sebelum gencatan senjata, PBB telah memperingatkan ancaman kelaparan telah meluas di Gaza. Fase gencatan senjata pertama sempat menjadi penyelamat karena memungkinkan 600 truk bantuan masuk setiap hari dengan sebagian besar membawa makanan.

"Suasana di sini sangat tertekan. Keluarga yang saya temui sangat khawatir tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Fase pertama gencatan senjata bukan sekadar jeda pertempuran, tetapi benar-benar penyelamat bagi keluarga di sini," ujarJuru bicara UNICEF, Rosalia Bollen, dilansir Al Jazeera.

2. Israel tuduh Hamas mencuri bantuan

ilustrasi bendera Israel. (unsplash.com/Stanislav Vdovin)

Kementerian Luar Negeri Israel membantah adanya kekurangan pasokan di Gaza. Israel mengklaim telah mengizinkan 25 ribu truk bantuan masuk selama fase pertama gencatan senjata antara 19 Januari hingga 1 Maret lalu.

Israel menyatakan penderitaan kemanusiaan di Gaza justru hanya dialami sandera Israel yang ditahan Hamas. Sandera-sandera Israel disebut dirantai, kelaparan, dan ditahan di terowongan Hamas.

Israel juga menuduh Hamas mengambil alih bantuan kemanusiaan yang masuk Gaza. Bantuan itu diduga digunakan Hamas membangun kembali kekuatan militer mereka.

Israel bahkan mengklaim bahwa truk bantuan telah menjadi mesin ekonomi bagi Hamas. Channel 12 melaporkan bahwa keuntungan Hamas dari mencuri bantuan mencapai 500 juta dolar AS (Rp8,1 triliun).

"Hamas yang merugikan penduduk Gaza. Hamas secara sistematis mengambil bantuan kemanusiaan dan menjualnya demi mendukung aksi teror mereka sendiri. Hamas bisa saja bersikap kemanusiaan tetapi mereka malah bertindak barbar," kata Juru bicara Kantor Perdana Menteri Israel, David Mencer, dilansir JNS.

3.  Proses gencatan senjata Israel-Hamas mandek

reruntuhan di Kota Gaza. (unsplash.com/mhmedbardawil)

Israel menerima proposal utusan khusus AS Steve Witkoff soal perpanjangan fase pertama gencatan senjata selama 50 hari, mencakup periode Ramadan dan Paskah Yahudi. Israel memberi syarat Hamas harus terus membebaskan sandera dalam periode tersebut.

Hamas menuduh Israel mengingkari perjanjian gencatan senjata fase pertama. Israel menolak melanjutkan ke fase kedua sesuai kesepakatan awal dan tidak menarik pasukan dari Koridor Philadelphi. Proses gencatan senjata seharusnya sudah memasuki tahap kedua sejak akhir pekan lalu. 

Secara terpisah, lima anggota Dewan Keamanan PBB dari Eropa, termasuk Inggris dan Prancis, mendesak kedua belah pihak mencari jalan keluar. Mereka meminta Israel-Hamas segera menemukan cara melanjutkan ke fase berikutnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us