Israel Akui Bunuh Ismail Haniyeh dan Yahya Sinwar

Jakarta, IDN Times - Israel akhirnya mengakui telah membunuh pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. Pengakuan ini diungkapkan oleh Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyusul serangan rudal balistik yang diluncurkan Houthi.
Memang, Israel baru saja menerima serangan rudal dari Houthi. Serangan itu gagal ditangkal sistem pertahanan udara Israel, hingga menghantam Tel Aviv, melukai 20 orang, serta merusak puluhan bangunan dan apartemen
Katz menyatakan Israel tak akan tinggal diam atas serangan Houthi. Dia memperingatkan tindakan yang sama bisa dilakukan Israel terhadap pemimpin Houthi.
"Kami memperingatkan Houthi, bisa menghancurkan mereka dan melenyapkan pemimpinnya seperti yang sudah dilakukan terhadap Ismail Haniyeh dan Yahya Sinwar serta Hassan Nasrallah," kata Katz, dikutip Anadolu, Selasa (24/12/2024).
"Kami akan melakukan operasi di Al Hudaydah dan Sana’a seperti yang kami lakukan di Teheran, Gaza dan Lebanon," lanjutnya.
1. Pemimpin Hamas dan Hizbullah dibunuh Israel

Dengan adanya pengakuan ini, berarti kematian atas Nasrallah pada 27 September 2024 di Lebanon, Yahya Sinwar pada 17 Oktober 2024 di Rafah, Gaza, serta Ismail Haniyeh pada 31 Juli 2024 di ibu kota Teheran, Iran, benar didalangi oleh Israel.
Sejumlah media Israel mencatat pengakuan Katz atas pembunuhan para pemimpin Hamas dan Hizbullah ini menandai pengakuan publik pertama atas operasi tersebut oleh pejabat senior Israel.
2. Masih serbu Gaza sampai hari ini

Israel masih melanjutkan genosida di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.300 orang. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, sejak serangan oleh kelompok pejuang Palestina, Hamas, pada 7 Oktober 2023.
Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza. Namun, semua dakwaan dan tekanan tersebut diabaikan Israel.
3. Israel bangun permukiman lagi di Palestina

Baru-baru ini, otoritas Israel telah membangun tujuh pos permukiman ilegal di dalam Area B Tepi Barat, yang seharusnya berada di bawah kendali administratif Otoritas Palestina, menurut laporan kelompok hak asasi Israel pada Minggu (22/12/2024).
Pos-pos tersebut merupakan permukiman ilegal pertama yang didirikan di Area B sejak penandatanganan Perjanjian Oslo pada 1993.
Pembangunan permukiman semakin meningkat sejak pemerintah sayap kanan Israel, yang dipimpin oleh Netanyahu, berkuasa pada Desember 2022.