Israel Dituding Blokir Masuknya Jarum Suntik dan Susu Bayi ke Gaza

- UNICEF mulai vaksinasi anak di Gaza
- Tingkat imunisasi anak turun drastis akibat konflik
- Bantuan masuk meningkat, tapi barang vital masih dicekal oleh Israel
Jakarta, IDN Times – Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyebut pada Selasa (11/11/2025) bahwa perlengkapan penting seperti jarum suntik vaksin anak serta botol susu formula bayi diblokir masuk ke Gaza oleh Israel. Langkah itu membuat pengiriman bantuan ke wilayah yang porak-poranda akibat konflik semakin sulit.
Saat menjalankan kampanye vaksinasi anak di bawah gencatan senjata yang rapuh, lembaga ini menghadapi hambatan besar dalam mendatangkan 1,6 juta jarum suntik dan kulkas bertenaga surya untuk penyimpanan vaksin. Peralatan tersebut telah tertahan di bea cukai sejak Agustus.
“Baik jarum suntik dan ... kulkas dianggap penggunaan ganda oleh Israel dan barang-barang ini kami merasa sangat sulit untuk mendapatkannya melalui izin dan inspeksi, namun itu mendesak,” kata juru bicara UNICEF Ricardo Pires, dikutip dari NBC News.
Istilah dual-use merujuk pada barang yang dinilai Israel bisa digunakan untuk tujuan sipil sekaligus militer. Sementara itu, Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT), satuan militer Israel yang mengatur arus bantuan ke Gaza, belum memberikan tanggapan.
1. Vaksinasi anak dimulai di tengah gencatan senjata

UNICEF memulai tahap pertama dari tiga gelombang vaksinasi pengejaran pada Minggu (9/11/2025), menargetkan lebih dari 40 ribu balita yang tertinggal imunisasi dasar terhadap polio, campak, dan pneumonia setelah dua tahun perang di Gaza. Pada hari pertama saja, lebih dari 2.400 anak menerima suntikan dari berbagai dosis. Program bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta mitra lokal itu dijadwalkan berlangsung dalam tiga tahap, yakni 9–18 November, Desember 2025, dan Januari 2026.
Dilansir dari Yeni Safak, sebanyak 149 puskesmas dan 10 unit keliling dikerahkan dengan dukungan lebih dari 450 tenaga medis terlatih. Selain vaksinasi, program ini juga melakukan pemeriksaan gizi dan penanganan untuk balita kekurangan gizi. UNICEF telah mengirimkan seluruh vaksin, peralatan penyimpanan dingin, jarum suntik, serta suplai nutrisi ke Gaza. Anak-anak dengan kondisi gizi buruk akut sedang hingga parah kini dirawat di pusat stabilisasi yang dikelola bersama WHO.
“Kampanye vaksinasi telah dimulai, tapi kami masih punya dua putaran lagi, dan untuk itu kami butuh lebih banyak suplai,” ujar Pires.
2. Tingkat imunisasi Gaza turun drastis akibat konflik

Sebelum perang, Gaza mencatat tingkat vaksinasi anak mencapai 98 persen dengan dukungan 55 pos imunisasi aktif. Namun, angka itu kini merosot ke bawah 70 persen setelah 31 fasilitas vaksinasi hancur atau rusak berat. Sekitar satu dari lima anak di bawah usia tiga tahun tidak mendapat dosis sama sekali atau kehilangan jadwal imunisasi akibat konflik, menciptakan ancaman wabah serius di wilayah padat penduduk tersebut.
Kampanye vaksinasi terbaru ini dirancang untuk memberikan kembali vaksin standar anak, termasuk yang melindungi dari campak, gondongan, rubela, difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, tuberkulosis, polio, rotavirus, serta pneumonia. Langkah ini diharapkan mampu menutup celah imunisasi dan menekan potensi penyebaran penyakit menular di tengah kondisi kemanusiaan yang memburuk.
3. Bantuan masuk meningkat, tapi barang vital masih dicekal

UNICEF menyampaikan bahwa meski volume bantuan ke Gaza meningkat, sejumlah barang vital masih dicegah masuk oleh otoritas Israel. Barang yang tertahan termasuk 938 ribu botol susu formula bayi dan suku cadang truk air. Pires mengatakan hampir satu juta botol itu seharusnya bisa menjangkau anak-anak yang tengah berjuang menghadapi kekurangan gizi di berbagai tingkat keparahan.
Walau pengiriman bantuan melonjak hingga 260 persen sejak gencatan senjata pada bulan lalu, barang-barang penting seperti jarum suntik otomatis mati dan kulkas bertenaga surya yang dikategorikan dual-use oleh Israel masih terhambat atau menunggu izin. Lembaga kemanusiaan menyebut keberhasilan program vaksinasi bergantung pada kepatuhan penuh terhadap gencatan senjata agar distribusi bantuan dan layanan gizi dapat berjalan aman.
Musim dingin yang kian mendekat menambah urgensi upaya tersebut karena penyakit anak berbahaya semakin merebak di Jalur Gaza.
“Setelah dua tahun kekerasan tanpa henti yang merenggut nyawa lebih dari 20 ribu anak di Jalur Gaza, akhirnya kami punya kesempatan melindungi mereka yang selamat,” kata Jonathan Veitch, perwakilan khusus UNICEF di Palestina, dikutip dari Middle East Monitor.
Peeperkorn dari WHO menyebut kampanye imunisasi ini sebagai tali penyelamat yang membantu menjaga kesehatan anak-anak dan memulihkan harapan bagi masa depan. Israel di sisi lain mengeklaim tidak membatasi pengiriman makanan, air, obat-obatan, maupun perlengkapan tempat tinggal, dan menuding Hamas mencuri bantuan, klaim yang dibantah oleh kelompok tersebut.


















