Israel Kembali Bom Khan Younis di Gaza Selatan

- Israel hancurkan pemukiman warga Gaza di tengah gencatan senjata
- Militer Israel membela diri atas serangan dan menghancurkan rumah-rumah warga Palestina
- Operasi pembongkaran semakin intensif di Khan Younis timur dan Gaza tengah
Jakarta, IDN Times - Israel kembali melakukan serangan pesawat tak berawak di sebelah timur Khan Younis di Gaza selatan. Akibatnya, dua orang termasuk seorang anak tewas.
Hamas mengecam pelanggaran harian dan berkelanjutan yang dilakukan Israel sejak mulai berlakunya gencatan senjata pada bulan lalu. Pihaknya menuduh Israel terus melakukan kampanye pemboman dan pembongkaran di wilayah kantong yang terkepung tersebut.
"Serangan Israel telah menewaskan 271 orang, lebih dari 90 persen di antaranya warga sipil, dan melukai 622 lainnya sejak gencatan senjata berlaku pada 10 Oktober 2025," kata Hamas dalam pernyataannya di Telegram pada Senin (10/11/2025), dikutip dari Al Jazeera.
1. Israel hancurkan pemukiman warga Gaza di tengah gencatan senjata
Sementara itu, militer Israel membela diri atas serangannya itu dan mengatakan bahwa warga Palestina yang tewas tersebut merupakan ancaman langsung bagi pasukannya. Israel juga secara sistematis menghancurkan rumah-rumah dan melanggar 'garis kuning', batas penarikan sementara yang disepakati dalam gencatan senjata.
Dilaporkan, operasi pembongkaran oleh pasukan Israel semakin intensif di Khan Younis timur. Hamdan Radwan, Wali Kota Bani Suheila, kota madya terbesar di wilayah tersebut, mengatakan setiap bangunan atau rumah dua lantai menjadi sasaran.
Israel juga meledakkan blok-blok permukiman di Gaza tengah. Citra satelit dan rekaman lapangan menunjukkan sebagian besar permukiman telah hancur menjadi puing-puing.
2. Israel membatasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza
Israel terus melakukan pengepungan Gaza selama dua tahun, guna mendukung perang udara dan darat di daerah kantong itu untuk melawan Hamas setelah serangan lintas perbatasan kelompok militan Palestina itu pada 7 Oktober 2023. Akibat perang Israel tersebut, sebanyak 68.875 warga Palestina terbunuh dan 170.679 terluka.
Israel juga terus mengendalikan semua akses ke wilayah tersebut. Pihaknya membatasi pengiriman bantuan ke Gaza, yang mana hal ini melanggar salah satu ketentuan utama gencatan senjata. Hamas mengatakan bahwa Israel menolak mengizinkan masuknya 600 truk bantuan setiap hari, termasuk 50 truk pengangkut bahan bakar.
Pada Minggu (9/11/2025), hanya 270 truk yang memasuki Gaza melalui perlintasan Karem Abu Salem dan al-Karara. Pengiriman tersebut meliputi 126 truk bantuan kemanusiaan, 127 truk membawa barang komersial, 10 truk berisi bahan bakar, dan 7 truk mengangkut gas untuk memasak.
3. Beberapa fasilitas kesehatan di Gaza kembali dibuka
Aliran bantuan telah meningkat sejak gencatan senjata dimulai, tetapi warga Palestina di seluruh Gaza terus menderita kekurangan makanan, obat-obatan, air bersih, dan barang-barang penting yang ekstrem.
Dokter Lintas Batas (MSF) memperingatkan bahwa sistem kesehatan Gaza terus menghadapi tantangan signifikan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan yang sangat besar. MSF mengatakan kerusakan besar-besaran pada infrastruktur sipil dan sistem kesehatan, pengungsian, dan kondisi hidup yang buruk menciptakan bencana penyebaran penyakit dan masyarakat tetap terpapar unsur-unsur alam yang berbahaya menjelang musim dingin.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa Rumah Sakit al-Kheir di Khan Younis telah kembali beroperasi setelah berbulan-bulan ditutup akibat serangan Israel. WHO mengatakan mereka membantu merehabilitasi fasilitas tersebut dengan memulihkan sistem listrik, sanitasi, dan air. Juga, menyediakan peralatan medis.
Sebuah pusat stabilisasi nutrisi baru dengan 20 tempat tidur juga telah dibuka di rumah sakit tersebut, sehingga jumlah total pusat serupa di Gaza menjadi 8 fasilitas. Adapun fungsi pelayanan tersebut, yakni merawat anak-anak yang menderita malnutrisi parah yang diperparah oleh infeksi dan dehidrasi, kondisi yang semakin meluas di tengah blokade Israel yang terus berlanjut.
"Malnutrisi terus merenggut nyawa anak-anak kami, mengancam mereka dengan pertumbuhan terhambat, kekebalan tubuh yang lemah, dan disabilitas seumur hidup. Kami mendesak dunia untuk segera melakukan intervensi demi menyelamatkan mereka sekarang juga," kata seorang perawat gizi Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Gaza, dikutip dari laman resmi UNRWA.
















