Israel Kepung Kota Tubas di Tepi Barat, Ribuan Warga Palestina Terisolasi

- Israel usir 30 keluarga Palestina dari rumah mereka
- Blokade Israel hambat akses medis dan pendidikan di Tubas
- Israel klaim operasi militer untuk memberantas teroris, sementara Palestina menilai serangan ini sebagai upaya aneksasi dan pembersihan etnis di Tepi Barat
Jakarta, IDN Times - Pasukan Israel melancarkan operasi militer di Kota Tubas dan sekitarnya di Tepi Barat yang diduduki sejak Rabu (26/11/2025). Ratusan tentara yang didukung kendaraan lapis baja dan helikopter Apache mengepung wilayah tersebut, menutup akses jalan utama dengan gundukan tanah.
Operasi ini memisahkan Kegubernuran Tubas dari wilayah Tepi Barat lainnya dan Lembah Yordan, membuat sekitar 70 ribu warga Palestina terjebak di dalamnya. Militer Israel menyebut tindakan ini sebagai operasi kontraterorisme yang diperkirakan akan berlangsung selama beberapa hari, dilansir Anadolu Agency.
1. Sekitar 30 keluarga diusir oleh Israel

Pihak militer Israel memberlakukan jam malam ketat dan memaksa keluarga-keluarga keluar dari rumah mereka untuk dijadikan pos militer. Gubernur Tubas, Ahmed Asaad, melaporkan bahwa sekitar 30 keluarga telah diusir paksa dari tempat tinggal mereka saat tentara mengambil alih gedung-gedung tinggi.
Buldoser militer terlihat menumpuk tanah di setiap jalan masuk sebelum fajar untuk memblokir pergerakan warga secara total. Tindakan ini melumpuhkan aktivitas harian, memaksa penutupan sekolah, lembaga pemerintah, dan institusi swasta di seluruh wilayah tersebut.
Selebaran yang disebarkan oleh militer Israel di Tubas memperingatkan warga bahwa area tersebut dianggap sebagai sarang teroris. Narasi dan pola operasi ini mirip dengan peringatan sebelum serangan besar-besaran yang terjadi di Jenin dan Tulkarem pada awal tahun ini yang menyebabkan kerusakan luas.
Namun, Asaad membantah alasan keamanan tersebut dan menyebut serangan ini bermotif penguasaan geografis. Menurutnya, serangan ini menargetkan lokasi strategis Tubas di dekat Lembah Yordan untuk memaksakan realitas baru di lapangan melalui ekspansi pemukiman.
2. Blokade Israel hambat akses medis

Situasi kemanusiaan juga memburuk karena akses medis yang sangat dibatasi oleh pasukan Israel di titik-titik pengepungan. Bulan Sabit Merah Palestina mengaku kesulitan mengevakuasi korban luka maupun pasien yang membutuhkan perawatan rutin akibat blokade jalan.
Petugas medis menyebut tentara menghalangi pekerjaan mereka saat tim mencoba mengevakuasi 30 kasus medis darurat di wilayah tersebut. Hambatan ini berdampak pada 20 pasien gagal ginjal yang membutuhkan cuci darah segera tapi tertahan tidak bisa menuju rumah sakit.
Laporan kekerasan fisik juga muncul, di mana tim medis merawat 10 orang yang terluka akibat pemukulan parah oleh tentara Israel. Setidaknya 32 warga Palestina lainnya ditahan setelah menjalani interogasi di dalam rumah-rumah yang telah dikosongkan sebelumnya.
“Mereka telah mendirikan gundukan tanah di sekitar kota, melarang pergerakan orang, dan menimbulkan ancaman bagi kehidupan warga, terutama lansia, orang sakit, dan anak-anak,” ujar Asaad, dilansir The New Arab.
3. Israel klaim operasi militer untuk memberantas teroris

Militer Israel dan badan keamanan internal Shin Bet menyatakan operasi ini sebagai upaya kontraterorisme untuk memburu individu yang dicari. Mereka mengklaim operasi yang melibatkan brigade Menashe, Samaria, dan Komando ini akan menyasar infrastruktur kelompok perlawanan di area tersebut.
Helikopter Apache Israel dilaporkan menembakkan peluru ke ladang-ladang kosong dan desa-desa sebagai bentuk intimidasi terhadap penduduk. Media Israel menyebut operasi ini bertujuan mencegah kelompok perlawanan Palestina membangun kehadiran kuat di wilayah utara Tepi Barat.
Kelompok Hamas mengutuk serangan ini sebagai upaya aneksasi dan pembersihan etnis di Tepi Barat. Mereka menilai Israel berusaha mengubah kota-kota di Tepi Barat menjadi area yang terfragmentasi dan terkepung untuk memperluas kendali kolonial mereka.
Eskalasi di Tubas ini merupakan bagian konflik yang terus berlanjut di Tepi Barat. Tercatat lebih dari seribu warga Palestina di Tepi Barat telah tewas sejak Oktober 2023.
“Tepi Barat yang diduduki sedang mengalami krisis pengungsian terburuk dalam beberapa dekade,” kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) dilansir Al Jazeera.

















