Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Tidak Mau Angkat Kaki dari Gaza, Lebanon, dan Suriah  

pasukan Israel di perbatasan Suriah. (Israel Defense Forces, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa militer akan tetap berada di zona penyangga Gaza, Lebanon, dan Suriah tanpa batas waktu. Pernyataan tersebut disampaikan setelah pertemuan dengan komandan militer pada Rabu (16/4/2025).

Hamas bersikeras pasukan Israel harus menarik diri sepenuhnya dari Gaza sebagai syarat gencatan senjata permanen. Sementara itu, lebih dari 400 ribu warga Palestina terpaksa mengungsi sejak pertempuran dimulai kembali pada 18 Maret 2025. 

1. Kehadiran militer Israel di tiga wilayah

Pasukan Israel telah menguasai sekitar 20 persen wilayah Gaza selatan, termasuk kota perbatasan Rafah. Mereka juga menduduki koridor luas di area Netzarim tengah dan memperluas zona penyangga di sekitar perbatasan hingga ratusan meter ke pedalaman.

Di Lebanon selatan, kehadiran Israel menghambat penempatan tentara Lebanon sesuai kesepakatan gencatan senjata. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan dua serangan drone Israel telah menewaskan dua orang pada Rabu (16/4/2025).

Israel juga mendirikan beberapa pos militer di wilayah Suriah, termasuk di puncak Gunung Hermon. Pemerintah Israel menolak menarik diri dari wilayah yang sudah dikuasainya di Suriah.

"Tidak seperti di masa lalu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tidak mengosongkan area yang telah dibersihkan dan dikuasai. IDF akan tetap berada di zona keamanan sebagai penyangga antara musuh dan komunitas kami dalam situasi sementara atau permanen di Gaza, seperti halnya di Lebanon dan Suriah," kata Katz, dilansir Al Jazeera.

2. Israel lanjutkan blokade bantuan di Gaza

Israel telah memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza selama lebih dari enam minggu. Tindakan ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah parah di wilayah tersebut. Israel Katz menyatakan, tidak akan ada bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, penangguhan pasokan bahan bakar, obat-obatan, dan makanan oleh Israel sejak awal Maret telah menghambat operasional rumah sakit yang masih berfungsi. Ratusan pasien dan korban luka kekurangan obat-obatan vital.

Organisasi Dokter Tanpa Batas (MSF) menyebut Gaza telah menjadi kuburan massal dengan kondisi kemanusiaan yang sangat memprihatinkan. Sementara, PBB menolak mekanisme baru yang dibuat Israel untuk pengendalian bantuan di Gaza.

"Kami melihat langsung bagaimana seluruh penduduk Gaza kehilangan rumah dan dipaksa mengungsi. Tim bantuan kami sangat kesulitan bekerja di kondisi seperti ini," kata Amande Bazerolle, koordinator darurat MSF di Gaza.

3. Hamas ingin Israel tarik pasukan dari Gaza

Hamas menolak usulan gencatan senjata yang tidak memberikan jaminan konkret.

"Gencatan senjata yang tidak menjamin penghentian perang, penarikan pasukan, pengangkatan blokade, dan program rekonstruksi hanya akan menjadi jebakan politik," kata Hamas, dilansir Arab News. 

Melansir BBC, Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang di Israel mengkritik rencana pemerintah mereka sendiri. Mereka menilai pemerintah lebih memprioritaskan penguasaan wilayah daripada pembebasan para sandera yang masih ditahan Hamas.

Kelompok Jihad Islam Palestina merilis video sandera Israel-Jerman, Rom Braslavski, yang memohon pembebasan. Sementara itu, serangan udara Israel terus berlanjut dengan 35 korban jiwa di Gaza pada Rabu (16/4/2025).

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us