Kasus COVID-19 Naik, China Malah Pangkas Karantina Jadi 5 Hari

Jakarta, IDN Times - China mengumumkan pelonggaran beberapa kebijakan COVID-19, termasuk mempersingkat durasi karantina untuk turis dan kontak erat pasien corona dari tujuh hari menjadi lima hari, pada Jumat (11/11/2022).
Hal ini diumumkan sehari setelah Presiden China, Xi Jinping, mengadakan pertemuan dengan Komite Tetap Politburo untuk membahas COVID-19.
Pelonggaran ini dilakukan di tengah melonjaknya infeksi corona di China. Otoritas China mengatakan bahwa pelonggaran ini tak akan membuat China menyerah pada kebijakan nol-COVID.
1. Sistem karantina terbaru

Di bawah pelonggaran tersebut, durasi karantina untuk turis dan orang yang memiliki kontak erat dengan pasien COVID-19 dipangkas. Dari yang sebelumnya 7 hari menjadi 5 hari. Namun, persyaratan 3 hari tambahan untuk isolasi mandiri di rumah tetap berlaku.
Kebijakan penangguhan maskapai, yang membawa terlalu banyak kasus COVID-19 dan identifikasi terhadap kontak sekunder yang selama ini dianggap cukup mengganggu, juga dicabut.
Selain itu, penyesuaian terhadap kategorisasi wilayah juga dilakukan. Setiap wilayah kini hanya memiliki kategori resiko COVID-19 "tinggi" atau "rendah", dan menghapus penggunaan kategori "sedang".
2. Kasus COVID-19 di China melonjak, tertinggi sejak April

Kebijakan pelonggaran tersebut dilakukan di tengah melonjaknya kasus COVID-19 di China. Pada Kamis (10/11/2022), otoritas China melaporkan 10.535 kasus baru, jumlah tertinggi di China sejak April.
Beberapa wilayah di China bahkan dilaporkan memperpanjang masa lockdown dan kebijakan pengetatan COVID-19 lainnya.
3. Bersikeras tak akan longgarkan kebijakan nol COVID

Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) dengan tegas mengatakan, pelonggaran tersebut tak akan membuat China hidup berdampingan dengan virus ini atau menyerah pada kebijakan nol COVID-19.
"Mengoptimalkan dan menyesuaikan langkah pencegahan dan pengendalian bukan berati melonggarkan pencegahan dan pengendalian, tetapi untuk beradaptasi dengan situasi baru pencegahan dan pengendalian epidemi dan karakteristik baru mutasi COVID-19," katanya, dikutip dari The Straits Times.