Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Keluarga Sandera Israel Minta Trump Dukung Gencatan Senjata

Presiden AS Donald Trump (Gage Skidmore, CC BY-SA 2.0 , via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Keluarga sandera Israel yang ditahan di Gaza mendesak Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk mencegah runtuhnya kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas. 

Kesepakatan yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025 itu kini berada dalam ancaman serius setelah kedua pemimpin negara tersebut memperingatkan bahwa situasi akan semakin memburuk, jika Hamas tidak membebaskan semua sandera yang masih hidup hingga Sabtu (15/2/2025).

Yehuda Cohen, ayah dari Nimrod, tentara Israel yang ditahan di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, kini berada di Washington untuk meyakinkan para pejabat agar menjaga kesepakatan tersebut tetap berjalan sebagaimana mestinya.

“Netanyahu selalu menyabotase kesepakatan tersebut, baik dengan memerintahkan tentara untuk menembaki warga Gaza yang mendekati perbatasan maupun melalui kebijakan terkait bantuan kemanusiaan," kata Cohen kepada Middle East Eye.

1. Hamas akan bebaskan sandera sesuai jadwal

Dalam beberapa pekan terakhir, Trump telah menimbulkan kehebohan dengan pernyataannya tentang relokasi warga Gaza ke negara lain dan rencana pengambilalihan wilayah tersebut oleh AS.

Sementara itu, Israel telah berulang kali melanggar perjanjian gencatan senjata, menghalangi bantuan dan tidak menunjukkan komitmen mereka dalam negosiasi untuk mengakhiri perang dan membebaskan semua sandera.

Awal pekan ini, Hamas mengatakan akan menunda pembebasan sandera selanjutnya, yang dijadwalkan pada Sabtu, tanpa batas waktu akibat pelanggaran gencatan senjata oleh Israel. Sebagai tanggapan, Tel Aviv mengancam akan kembali melanjutkan perang di Gaza.

Pada Kamis (13/2/2025), Hamas mengumumkan bahwa mereka akan membebaskan para sandera sesuai rencana awal setelah melakukan perundingan dengan mediator.

"Hamas menegaskan komitmennya untuk melaksanakan kesepakatan sesuai dengan yang telah disepakati, termasuk pertukaran tahanan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan," kata kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN.

2. Keluarga sandera protes di luar kediaman Netanyahu

Pada Selasa (11/2/2025), keluarga sandera yang marah berkumpul di luar kediaman Netanyahu di Yerusalem untuk menuntut perdana menteri tersebut menegakkan kesepakatan gencatan senjata dan memastikan agar perang tidak berkobar kembali. Para pengunjuk rasa mengatakan bahwa mereka tidak akan pergi sampai semua sandera dibebaskan.

Kemarahan terhadap Netanyahu semakin meningkat ketika tiga sandera Israel yang dibebaskan oleh Hamas pada 8 Februari 2025 muncul di depan publik dalam kondisi kurus dengan berat badan turun drastis.

“Netanyahu, apakah Anda melihat seperti apa pembebasan itu? Siapa pun yang tidak keluar dari sana sekarang tidak akan selamat dari neraka ini. Kita harus melaksanakan perjanjian itu secara penuh. Selama berbulan-bulan kami berteriak bahwa mereka kelaparan dan dianiaya,” kata Einav Tsengauker, ayah dari salah seorang sandera bernama Matar, dalam video yang diunggahnya di media sosial.

Berdasarkan tahap pertama kesepakatan gencatan senjata, Hamas akan membebaskan 33 dari 100 sandera yang tersisa dengan imbalan ratusan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel. Sejauh ini, 21 sandera Israel telah dibebaskan.

3. Pembebasan sandera harus dilakukan tanpa pertumpahan darah lebih lanjut

Ofer Calderon, salah seorang sandera yang dibebaskan pekan lalu, juga mengungkapkan kekhawatirannya mengenai kemungkinan gagalnya kesepakatan gencatan senjata. Ia mendesak agar semua sandera yang tersisa dibebaskan sesegera mungkin.

Calderon yakin bahwa hal ini dapat diwujudkan tanpa pertumpahan darat lebih lanjut. Sedikitnya 92 warga Palestina di Gaza telah dibunuh oleh Israel sejak gencatan senjata dimulai.

"Presiden Trump benar, kita harus membebaskan semua sandera sekarang, tanpa tahapan bertahap. Namun, ini harus dilakukan dalam kesepakatan yang mencakup penghentian perang dan penarikan diri dari Gaza," tambahnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us