Jakarta, IDN Times - Jumlah korban tewas akibat gempa di Myanmar terus bertambah. Hingga Sabtu (29/3/2025), jumlah korban tewas mencapai 1.644 jiwa.
“Jumlah korban tewas meningkat menjadi 1.644, sementara jumlah terluka menjadi 3.408 dan 139 orang hilang,” kata pemimpin junta Myanmar, Min Aung Hlaing dalam pernyataan, dikutip dari BBC.
Di antara para korban tewas itu, termasuk 12 anak prasekolah dan guru mereka yang tewas tertimpa bangunan. Prasekolah West Mye Mye Kyi termasuk bangunan yang runtuh di wilayah Kyaukse, Mandalay, Myanmar.
Petugas penyelamat mengatakan bahwa jenazah 12 anak prasekolah dan seorang guru ditemukan pada pagi hari. Bahkan, kata dia, banyak yang terperangkap di dalam bangunan runtuh. Peluang untuk bertahan hidup pun semakin suram seiring berjalannya waktu.
Ada laporan yang belum dikonfirmasi bahwa sekitar 50 anak dan enam guru hilang setelah bangunan itu runtuh.
"Jumlah orang di sekolah itu sekitar 50 orang, tetapi kami hanya memiliki daftar jumlah orang yang dievakuasi. Kami baru mengevakuasi 13 jenazah," kata seorang anggota tim penyelamat.
Pengelola Bendungan Kyaukse, Palang Merah, dan kelompok bantuan sosial telah membantu dalam penyelamatan. Di kota Kyaukse, rumah-rumah dan toko-toko juga runtuh akibat gempa bumi.
Dahsyatnya gempa pada 28 Maret itu memaksa junta Myanmar meminta bantuan internasional. Pemimpin junta, Min Aung Hlaing menyampaikannya saat mengunjungi sebuah rumah sakit di Naypyidaw usai gempa 7,7 magnitudo itu.
“Kami ingin masyarakat internasional memberikan bantuan kemanusiaan sesegera mungkin,” katanya dikutip dari The Telegraph.
Ini adalah permintaan langka oleh junta. Selama ini, mereka selalu tertutup dan cenderung menolak bantuan.
Sementara itu, negara tetangga Myanmar juga terkena dampak dari gempa. Di Thailand, gedung 30 lantai yang sedang dalam pembangunan runtuh dan menewaskan sejumlah pekerjanya.
Hingga Sabtu siang tercatat 10 orang tewas dan puluhan lain masih terjebak di reruntuhan. Sebanyak 15 pekerja berhasil ditemukan dalam keadaan selamat.