Korsel Siap Jadi Mediator Konflik China dan Jepang

- Korsel tawarkan mediasi dan koordinasi
- Presiden Korsel berencana bertemu dengan PM Jepang bulan depan
- Membaiknya hubungan bilateral Korsel dengan Jepang
Jakarta, IDN Times - Duta Besar Korea Selatan (Korsel) untuk Jepang, Lee Hyuk, mengatakan negaranya bersedia untuk bertindak sebagai mediator dalam menengahi ketegangan politik antara Jepang dan China baru-baru ini. Ia juga mengomentari bahwa hubungan Tokyo-Beijing telah memburuk menyusul pernyataan Perdana Menteri (PM) Jepang, Sanae Takaichi, terkait Taiwan.
Bulan lalu di Parlemen, Takaichi mengatakan keadaan darurat di Taiwan yang melibatkan penggunaan kekuatan dapat dianggap sebagai situasi yang akan mengancam kelangsungan hidup Jepang. Hal ini memungkinkan negaranya untuk mengerahkan militer dalam menanggapi ancaman tersebut.
"Korsel secara alami dapat berperan sebagai mediator dengan mengembangkan hubungan bilateral yang stabil dengan Jepang dan China," kata Lee pada 5 Desember 2025 di Japan National Press Club di Tokyo.
Lee juga menambahkan bahwa ia bertanggungjawab untuk berkontribusi semaksimal mungkin dalam membangun hubungan yang kuat dengan Jepang, dikutip dari NHK News, Sabtu (6/12/2025).
1. Korsel tawarkan mediasi dan koordinasi
Sebelumnya, Presiden Korsel Lee Jae Myung telah menyuarakan keinginannya untuk mengambil peran dalam membantu meredakan pertikaian diplomatik antara Tokyo-Beijing, melalui mediasi atau koordinasi.
"Jepang dan China sedang berkonflik, dan memihak hanya akan meningkatkan ketegangan. Alih-alih memihak, kita seharusnya mencari cara agar semua orang dapat hidup berdampingan secara damai," ujarnya pada 3 Desember 2025.
"Asia Timur Laut, khususnya, adalah kawasan dengan vitalitas ekonomi yang besar, tetapi juga rentan dalam hal militer dan keamanan. Di kawasan semacam itu, saya yakin lebih baik fokus pada pencarian titik temu dan memaksimalkan area kerja sama," sambungnya, dikutip dari Korea Herald.
2. Presiden Korsel berencana bertemu dengan PM Jepang bulan depan
Dilansir Kyodo News, Korsel dan Jepang sedang berunding, guna mengatur kunjungan Presiden Lee ke Jepang bulan depan untuk menghadiri pembicaraan tingkat tinggi dengan PM Takaichi. Menurut sumber diplomatik, kedua pihak berencana mengadakan pertemuan puncak di Prefektur Nara pada pertengahan Januari.
Hal ini akan mencerminkan komitmen yang dibuat oleh para pemimpin kedua negara untuk mengembangkan hubungan bilateral yang berorientasi masa depan, melalui diplomasi bolak-balik atau kunjungan timbal balik. Serta, menjadi simbol perbaikan terkini dalam hubungan kedua negara, yang telah lama terbebani isu-isu terkait sejarah masa perang dan wilayah.
Sebelumnya, Lee dan Takaichi telah mengadakan pembicaraan tatap muka pertama mereka pada Oktober di sela-sela KTT APEC di Korsel. Mereka juga mengadakan pembicaraan pada November di Afrika Selatan di sela-sela KTT G20.
Jika terealisasi, kunjungan tersebut akan menjadi kunjungan kedua Lee ke Jepang. Pada Agustus 2025, ia mengadakan pembicaraan dengan pendahulu Takaichi, PM Shigeru Ishiba di Tokyo. Lalu, pada September, Ishiba mengunjungi kota Busan, Korsel, guna berunding dengan Lee sebelum ia mengundurkan diri sebagai perdana menteri.
3. Membaiknya hubungan bilateral Korsel dengan Jepang
Hubungan antara Seoul dan Tokyo telah membaik di bawah pemerintahan Presiden Korsel sebelumnya, Yoon Suk Yeol.
Kedua negara sepakat melakukan kunjungan timbal balik para pemimpin sejak 2004. Namun, hal tersebut sempat terhenti pada 2011 di tengah perselisihan yang bermula dari penjajahan Jepang di Semenanjung Korea pada 1910-1945.
Pada 2023, kunjungan tersebut dilanjutkan kembali, setelah adanya kemajuan dalam perselisihan mengenai tuntutan kompensasi dari warga Korsel atas tenaga kerja masa perang.


















