Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Angkatan Laut China dan Jepang Bersitegang, Ada Apa?

ilustrasi jet tempur (pexels.com/pexels.com/Emrah Aslantepe)
ilustrasi jet tempur (pexels.com/pexels.com/Emrah Aslantepe)
Intinya sih...
  • Jepang menyebut F-15 dikerahkan untuk menangkal dugaan ancaman
  • Pakar China menuding Jepang mendekati formasi kapal induk
  • Kapal induk Liaoning berlatih di Pasifik Barat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Dua jet J-15 milik Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China dilaporkan mengarahkan radar tembak ke sepasang F-15 milik Angkatan Udara Bela Diri Jepang di wilayah udara internasional tenggara Okinawa. Penguncian pertama berlangsung dari pukul 16.32 hingga 16.35, sedangkan insiden berikutnya terjadi antara pukul 18.37 dan 19.08 waktu setempat. Peristiwa itu tak menimbulkan korban maupun kerusakan pada pesawat kedua negara.

Menteri Pertahanan Jepang Shinjiro Koizumi menggelar konferensi pers pada dini hari Minggu (7/12/2025) untuk merespons kejadian tersebut.

"Penguncian radar ini merupakan tindakan berbahaya yang melebihi ruang lingkup yang diperlukan untuk operasi pesawat yang aman," katanya, dikutip dari Eurasian Times.

Ia juga mengutarakan penyesalan mendalam terhadap insiden ini. Jepang lantas menyampaikan protes keras melalui jalur diplomatik dan militer serta meminta China mencegah terulangnya tindakan serupa.

1. Jepang menyebut F-15 dikerahkan untuk menangkal dugaan ancaman

Bendera Jepang (Toshihiro Oimatsu from Tokyo, Japan, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Bendera Jepang (Toshihiro Oimatsu from Tokyo, Japan, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Jepang menjelaskan bahwa pengerahan F-15 dilakukan untuk merespons dugaan pelanggaran wilayah udara. Namun, otoritas Jepang mengakui tak ada pesawat China yang benar-benar memasuki ruang udara negaranya.

Kementerian Pertahanan Jepang kemudian menegaskan jarak kedua pesawat tetap berada pada level aman dan bahkan tak saling terlihat secara langsung.

2. Pakar China menuding Jepang mendekati formasi kapal induk

ilustrasi kapal induk
ilustrasi kapal induk (pexels.com/Jaxon Matthew Willis)

Dilansir dari Global Times, pakar militer China Song Zhongping berpendapat Jepang justru bertindak seolah menjadi korban padahal memulai provokasi, menggambarkan situasi itu bak maling yang menuduh sesama maling. Ia menjelaskan pesawat Jepang terlebih dahulu terbang mendekati formasi kapal induk China dengan cara yang dianggap membahayakan di perairan bebas.

Pendekatan tersebut mendorong AL China mengerahkan J-15 untuk memantau sekaligus melakukan pencegatan yang dianggap sah. Song menyebut respons China tetap berada dalam koridor profesional, sedangkan manuver Jepang dinilai dapat meningkatkan risiko insiden udara maupun laut.

3. Kapal induk Liaoning berlatih di Pasifik Barat

Bendera China (pexels.com/aboodi vesakaran)
Bendera China (pexels.com/aboodi vesakaran)

Kapal induk Liaoning tengah beroperasi bersama kapal perusak Type 055 Nanchang serta dua kapal perusak Type 052D. Kelompok tempur ini menggelar latihan lepas landas dan pendaratan jet tempur di Samudra Pasifik dekat Okinawa. Kejadian tersebut juga menjadi momen pertama Jepang secara terbuka mengakui keberadaan kelompok Liaoning sejak China memiliki tiga kapal induk aktif.

Pakar militer China Zhang Junshe menyampaikan bahwa kapal perang Tentara Pembebasan Rakyat rutin berlatih jarak jauh di Pasifik Barat. Ia menilai aktivitas itu sesuai hukum internasional dan praktik umum. Zhang juga menuding Jepang melebih-lebihkan kegiatan reguler tersebut demi menghidupkan narasi ancaman China serta mencari pembenaran untuk memperluas kemampuan militernya di luar batas konstitusi pasifis.

Zhang lantas mempertanyakan sikap diam Jepang terhadap latihan besar Amerika Serikat di kawasan yang sama. Ia meminta Tokyo menghentikan tuduhan yang tak disertai bukti.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menyatakan seluruh aktivitas Angkatan Laut dan Penjaga Pantai China telah mengikuti hukum domestik dan hukum internasional. Ia menambahkan bahwa tak perlu ada pihak yang merespons secara berlebihan atau menafsirkan kejadian ini secara ekstrem, apalagi melontarkan tuduhan tanpa dasar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Kemendagri Periksa Bupati Aceh Selatan soal Pergi Umrah saat Bencana

08 Des 2025, 12:09 WIBNews