Kronologi Kematian Nazwa Aliya, Tewas Diduga Overdosis di Kamboja

- Kronologi hingga meninggal duniaKemlu mendapat kabar pada 8 Agustus 2025 bahwa NA dirawat di RS Siem Reap. Kondisinya memburuk hingga koma pada 11 Agustus, sebelum akhirnya meninggal dunia pada 12 Agustus.
- Cerita keluarga tentang kepergian Nazwa AliyaIbunda Nazwa Aliya tak kuasa menahan tangis saat menceritakan kepergian anak semata wayangnya itu. Sebelum pergi, Aliya hanya berpamitan untuk mengikuti wawancara kerja di sebuah bank swasta di Medan.
- Harapan terakhir keluargaLanniari berharap jenazah anaknya bisa segera dipulangkan ke kampung halaman. Namun, ia masih meng
Jakarta, IDN Times – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI bersama KBRI Phnom Penh tengah menangani kasus meninggalnya seorang WNI bernama Nazwa Aliya (NA) di Rumah Sakit Siem Reap, Kamboja, pada 12 Agustus 2025. Direktur Pelindungan WNI Kemlu RI, Judha Nugraha, menjelaskan bahwa kasus ini bermula dari laporan keluarga gadis 19 tahun itu sejak Mei lalu.
“Menindaklanjuti pengaduan keluarga NA, pada 31 Mei 2025, Kemlu telah melakukan komunikasi langsung melalui video call dengan NA. Saat itu, NA menyampaikan bahwa ia meninggalkan Indonesia atas keinginannya sendiri karena permasalahan keluarga,” ujar Judha dalam keterangan tertulis, Jumat (22/8/2025).
Menurut Judha, NA ketika itu pergi bersama seorang warga negara Inggris yang merupakan kenalan keluarga. Selama di Kamboja, ia tidak bekerja, dalam kondisi baik, bebas bergerak, dan tidak menerima ancaman yang mengarah pada tindak kriminal atau perdagangan orang.
“Kemlu telah menawarkan mediasi antara NA dengan keluarga, namun NA menolak. Pemerintah menghormati pilihannya karena ia sudah dewasa dan dapat mengambil keputusan sendiri,” tambahnya.
1. Kronologi hingga meninggal dunia

Kemlu kemudian mendapat kabar pada 8 Agustus 2025 bahwa NA dirawat di RS Siem Reap. Kondisinya memburuk hingga koma pada 11 Agustus, sebelum akhirnya meninggal dunia pada 12 Agustus pukul 10.20 waktu setempat.
“Berdasarkan keterangan resmi rumah sakit dan Kepolisian Kamboja, Almarhumah meninggal akibat overdosis obat yang menyebabkan komplikasi dan hepatitis akut (keracunan pada liver),” jelas Judha.
Ia menegaskan, Kemlu telah mengunjungi keluarga korban di Deli Serdang untuk menyampaikan duka cita dan menjelaskan langkah penanganan yang sedang dilakukan.
“Termasuk menyampaikan nota diplomatik kepada otoritas Kamboja untuk melakukan investigasi terhadap peristiwa overdosis yang dialami NA,” kata Judha.
Saat ini, jenazah NA disemayamkan di sebuah funeral house di Phnom Penh sembari menunggu proses lebih lanjut, termasuk upaya pemulangan ke Indonesia.
2. Cerita keluarga tentang kepergian Nazwa Aliya

Kabar duka ini menyisakan luka mendalam bagi Lanniari Hasibuan (53), ibunda Nazwa Aliya. Ia tak kuasa menahan tangis saat menceritakan kepergian anak semata wayangnya itu.
“Tak pernah ada dalam benak saya, anak yang saya rawat sejak kecil meninggal dunia di negeri orang,” ucap Lanniari dengan suara bergetar, dikutip dari IDN Times Sumut.
Menurutnya, sebelum pergi, Aliya hanya berpamitan untuk mengikuti wawancara kerja di sebuah bank swasta di Medan. Ia sama sekali tak menyangka, putrinya justru nekat berangkat ke luar negeri tanpa izin keluarga.
“Pertama kali pergi, anak saya minta izin untuk ujian (interview) di bank bersama kawan-kawan sekolahnya. Hari pertama dia pulang, tapi besoknya dia pergi pagi-pagi tanpa pamit. Siangnya saya telepon, dia bilang sudah ada di Thailand. Saya pingsan mendengar itu,” kata Lanniari.
Aliya kemudian diketahui pindah ke Kamboja pada akhir Juli. Ia tinggal di rumah seorang kenalan keluarga, warga negara Inggris bernama CT. Namun, komunikasi dengan putrinya kian sulit.
“Nomor saya diblokir, kontak CT juga tidak bisa. Sampai akhirnya CT menelepon, bilang anak saya sakit karena overdosis obat. Beberapa hari kemudian, kabar kematiannya datang. Dunia saya runtuh,” ucap Lanniari sambil menangis.
3. Harapan terakhir keluarga
Kini, Lanniari hanya berharap jenazah anaknya bisa segera dipulangkan ke kampung halaman. Namun, ia masih menghadapi kendala biaya pemulangan jenazah yang ditaksir mencapai Rp138 juta.
“Harapan saya, semoga jenazah anak saya cepat dipulangkan dan dimakamkan di kampungnya sendiri,” katanya.
Meski berat menerima kenyataan, Lanniari tetap yakin putrinya sempat terjebak dalam iming-iming kerja di luar negeri. “Saya rasa memang anak saya terjebak. Sampai sekarang, saya masih setengah percaya semua ini benar terjadi,” pungkasnya.