Lebih dari 700 Ribu Orang Mengungsi di Haiti akibat Kekerasan Geng

Jakarta, IDN Times - Laporan terbaru Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengungkapkan, lebih dari 700 ribu orang telah mengungsi di Haiti akibat kekerasan geng. Lebih dari setengahnya adalah anak-anak.
“Angka terbaru ini menunjukkan peningkatan 22 persen dalam jumlah pengungsi internal sejak Juni, menyoroti memburuknya situasi kemanusiaan,” kata IOM pada Rabu (2/10/2024), dikutip dari RFI.
Kekerasan geng sejauh ini telah memaksa lebih dari 110 ribu orang meninggalkan rumah mereka selama 7 bulan terakhir, khususnya di Gressier, yang terletak di barat ibu kota, Port-au-Prince.
1. Ketua IOM harapkan peningkatan bantuan untuk pengungsi Haiti
Ketua IOM di Haiti, Gregoire Goodstein, pada Rabu mendesak komunitas internasional untuk meningkatkan dukungannya bagi para pengungsi Haiti dan komunitas yang bersedia menampung mereka.
“Peningkatan tajam jumlah pengungsi menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan respons kemanusiaan yang berkelanjutan,” kata Goodstein.
“Kami menyerukan komunitas internasional untuk meningkatkan dukungannya terhadap populasi pengungsi Haiti dan komunitas tuan rumah yang terus menunjukkan ketahanan luar biasa dalam menghadapi tantangan-tantangan ini," tambahnya.
2. Sekitar 75 persen warga mengungsi di beberapa provinsi di Haiti
Menurut laporan IOM, sekitar 75 persen pengungsi saat ini mencari perlindungan di berbagai provinsi di negara tersebut
"Sisanya berada di Port-au-Prince, di mana situasinya masih tidak menentu dan berisiko," kata IOM.
Para pengungsi kerap tinggal di lokasi yang padat penduduk, dengan sedikit atau bahkan tidak ada akses terhadap layanan dasar. Badan tersebut juga mengatakan bahwa 83 persen pengungsi ditampung oleh keluarga.
“Sangat penting bahwa upaya untuk memulihkan stabilitas dan keamanan di seluruh negeri terus berlanjut, di samping bantuan kemanusiaan untuk meringankan penderitaan mereka yang terkena dampak,” tambahnya.
3. Lebih dari 3.600 orang tewas akibat kekerasan geng tahun ini
Haiti telah menghadapi kerusuhan dan ketidakstabilan selama bertahun-tahun akibat persaingan antara kelompok-kelompok bersenjata yang memperebutkan pengaruh dan kendali. Situasi memburuk secara dramatis pada akhir Februari, ketika sejumlah geng menyerang penjara dan lembaga negara lainnya di Port-au-Prince.
Lonjakan kekerasan mendorong pengunduran diri Perdana Menteri Haiti Ariel Henry, pembentukan Dewan Kepresidenan Transisi, dan pengerahan pasukan multinasional pimpinan Kenya yang didukung oleh PBB, atau yang disebut Misi Dukungan Keamanan Multinasional.
Pekan lalu, kantor hak asasi manusia PBB melaporkan bahwa lebih dari 3.600 orang telah terbunuh tahun ini akibat kekerasan geng yang tidak masuk akal di negara tersebut. Sementara itu, Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) pada Senin (30/9/2024) mengungkapkan bahwa hampir 48 persen penduduk Haiti mengalami kekurangan pangan akut, dilansir dari Al Jazeera.