Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menlu China Kunjungi India Bahas Perbatasan Himalaya

Bendera China (pexels.com/aboodi vesakaran)
Bendera China (pexels.com/aboodi vesakaran)
Intinya sih...
  • Hubungan kedua negara mulai mencair pascakonflik.
  • Modi dan Xi Jinping akan bertemu di KTT SCO.
  • Tantangan ekonomi dan dinamika regional terus membayangi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Menteri Luar Negeri (Menlu) China, Wang Yi, dijadwalkan berkunjung ke India pada 18–20 Agustus 2025. Kunjungan ini diumumkan Kementerian Luar Negeri China pada Sabtu (16/8/2025) dan bertujuan membahas sengketa perbatasan Himalaya. Pemerintah India disebut sebagai pihak yang mengundang Wang Yi.

Dilansir dari India Today, Wang Yi akan memimpin putaran ke-24 dialog Perwakilan Khusus China dan India mengenai perbatasan bersama Penasihat Keamanan Nasional India, Ajit Doval. Selain itu, agenda pertemuan bilateral antara Wang Yi dan Menteri Luar Negeri India, Dr. S Jaishankar, juga sudah dijadwalkan. Kedua agenda ini diharapkan bisa meredakan ketegangan di wilayah perbatasan.

1. Hubungan kedua negara mulai mencair pasca-konflik

Pertemuan ini menjadi yang kedua sejak bentrokan berdarah pada 2020 di Lembah Galwan, yang menewaskan sekitar 20 tentara India. Hubungan kedua negara Asia itu mulai membaik setelah kesepakatan patroli perbatasan tercapai pada Oktober 2024. Kesepakatan tersebut mengakhiri kebuntuan lima tahun yang sempat mengganggu perdagangan, investasi, dan penerbangan.

Pencairan hubungan juga terlihat di sektor diplomasi dan sosial. Jalur ziarah Kailash Mansarovar Yatra kembali dibuka setelah lama tertutup. India dan China telah melanjutkan penerbitan visa turis, sementara layanan penerbangan langsung kemungkinan aktif kembali mulai bulan depan.

2. Modi dan Xi Jinping akan bertemu di KTT SCO

Perdana Menteri India Narendra Modi (kiri) dan Presiden China Xi Jinping (kanan) sebelum dimulainya pertemuan para pemimpin BRICS 2017.
Perdana Menteri India Narendra Modi (kiri) dan Presiden China Xi Jinping (kanan) sebelum dimulainya pertemuan para pemimpin BRICS 2017.

Perdana Menteri India, Narendra Modi, dijadwalkan bertemu Presiden China, Xi Jinping, pada akhir Agustus saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Shanghai Cooperation Organisation (SCO). Forum keamanan regional yang berdiri pada 2001 itu kini beranggotakan 10 negara, termasuk India, China, Rusia, Pakistan, Iran, dan beberapa negara Asia Tengah. Bagi Modi, ini akan menjadi kunjungan pertama ke China dalam tujuh tahun terakhir, dilansir dari CNA.

Dilansir Financial Express, sebelum ke China, Modi dilaporkan akan singgah ke Jepang pada 30 Agustus 2025 untuk mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tahunan India–Jepang dengan Perdana Menteri Fumio Kishida. Pemerintah India sendiri belum mengonfirmasi tur dua negara ini. Saat berada di KTT SCO, Modi diperkirakan akan bertemu langsung dengan Xi dan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

3. Tantangan ekonomi dan dinamika regional terus membayangi

ilustrasi kapal (pexels.com/Thomas Parker)
ilustrasi kapal (pexels.com/Thomas Parker)

Dilansir dari Business Today, meski dialog kembali berjalan, China belum melanjutkan pasokan magnet tanah jarang maupun pupuk ke India. Pemerintahan Xi memberlakukan kontrol ekspor sejak 4 April dengan alasan menjaga keamanan nasional, setelah Presiden AS, Donald Trump, mengenakan tarif baru. Kebijakan ini diprediksi berdampak pada sektor industri India, mulai dari peralatan transportasi hingga elektronik, yang sangat bergantung pada impor dari China.

Kunjungan Wang Yi juga menjadi lawatan tingkat tinggi pertama sejak ketegangan India dan Pakistan pecah pada Mei lalu. Saat itu, Pakistan menggunakan senjata buatan China untuk menyerang India, dan New Delhi menuding Beijing turut membantu dengan intelijen real-time. Situasi ini membuat dinamika regional semakin kompleks.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, turut menyampaikan pandangan resminya.

“Kedua pihak menjaga interaksi di berbagai tingkatan, dan informasi terkait akan dirilis pada waktunya,” ujarnya.

Lin menambahkan bahwa China tetap terbuka untuk memperluas kepercayaan, memperdalam kerja sama, serta mengelola perbedaan dengan perspektif jangka panjang, termasuk lewat kerja sama di SCO untuk menjaga stabilitas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us