Menlu Retno: AI Seharusnya Meningkatkan Demokrasi

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi menghadiri pertemuan menteri luar negeri terkait demokrasi di Seoul, Korea Selatan (Korsel), hari ini, Senin (18/3/2024).
Salah satu topik yang diangkat Retno adalah demokrasi dan teknologi digital, yaitu kecerdasan buatan atau Artificial intelligence (AI).
"Baik demokrasi maupun teknologi digital bersifat transformatif, keduanya mengubah cara kita mengambil keputusan penting, terutama upaya untuk meningkatkan inklusivitas," kata Retno dalam keterangannya, Senin (18/3/2024).
"Daripada menjadi ancaman terhadap demokrasi, AI seharusnya meningkatkan demokrasi dalam penerapannya yang modern," lanjut dia.
Retno percaya bahwa semua yang hadir dalam pertemuan tersebut percaya pada demokrasi dan menyadari bahwa demokrasi menghadapi banyak tantangan.
"Namun jangan menyerah, mari kita perbaiki keadaan, mari kita wujudkan demokrasi yang bermanfaat bagi rakyat. Karena kepercayaan masyarakat selalu menjadi inti demokrasi dan kita semua mempunyai tanggung jawab untuk mencegah kegagalan demokrasi," tutur Retno.
Setidaknya ada tiga hal yang yang dipaparkan Retno saat pidato, yakni:
1. Mendorong tata kelola digital global yang demokratis

Menurut Retno, teknologi seperti AI harus dimanfaatkan oleh dan demi kepentingan banyak orang.
"Jalan menuju tata kelola digital global harus bebas, terbuka, aman, tidak terfragmentasi, dan inklusif. Seperti Indonesia telah memperkenalkan peraturan mengenai etika AI, baik di tingkat nasional maupun di tingkat ASEAN," ucap Retno.
2. Tutup kesenjangan digital global

Selain menjunjung tinggi hak asasi manusia, negara juga harus bisa mendapatkan akses digital yang mudah, adil, dan merata.
"Suara negara-negara berkembang harus menjadi bagian yang hakiki dalam rangkaian pembangunan digital global," ujarnya.
Indonesia sendiri, dia menambahkan, aktif mengambil bagian dalam negosiasi Global Digital Compact dan jalur lain seperti PBB dan forum internasional.
3. Manajemen risiko dari AI

Retno menyampaikan, AI bisa menjadi pedang bermata dua.
"Meskipun AI adalah alat demokrasi, bisa digunakan sebagai alat demokrasi, AI juga bisa menjadi alat manipulasi dan disinformasi," katanya.
"Oleh karena itu, kita harus bergandengan tangan untuk memupuk literasi digital serta inovasi melawan berita palsu yang dimanipulasi dan penyalahgunaan AI termasuk dalam melawan serangan siber," ujar dia.