Menteri Israel Minta Jasad Yahya Sinwar Dibakar

- Menteri Transportasi Israel, Miri Regev, mengusulkan pembakaran jenazah pemimpin Hamas, Yahya Sinwar
- Pejabat keamanan Israel sedang meninjau usulan Regev yang menimbulkan reaksi beragam di dalam negeri maupun di tingkat internasional
- Israel menolak serahkan jenazah Yahya Sinwar dan saudara laki-lakinya kepada Hamas
- Hamas tetap berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata meskipun Israel telah berulang kali melakukan pelanggaran
- Delegasi pejabat Hamas menuduh Israel menunda penerapan gencatan senjata dengan tidak membuka penyeberangan Rafah untuk evakuasi warga yang sakit dan terluka
Jakarta, IDN Times - Menteri Transportasi Israel, Miri Regev, mengaku mengusulkan pembakaran jenazah pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, dalam pertemuan kabinet keamanan Israel. Menurutnya, ada simbol-simbol tertentu yang tidak boleh dikembalikan.
Sinwar tewas dalam pertempuran dengan pasukan Israel di Rafah, Gaza selatan, pada 16 Oktober 2024. Ia dianggap sebagai salah satu arsitek utama dalam serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.
“Saya pikir kita harus melakukan apa yang Amerika lakukan terhadap bin Laden. Beberapa tokoh tidak boleh dikembalikan atau dikenang,” kata Regev kepada stasiun radio Israel Kol Barama pada Senin (20/10/2025), merujuk pada pemimpin al-Qaeda, Osama bin Laden, yang dibunuh oleh pasukan khusus Amerika Serikat (AS) pada 2011 dan dikuburkan di laut.
1. Pejabat keamanan Israel disebut sedang meninjau usulan Regev
Regev mengatakan bahwa kabinet keamanan belum mengomentari usulannya. Namun, situs berita Israel YNet melaporkan bahwa usulannya sedang ditinjau oleh pejabat keamanan.
“Sayangnya, karena kami memahami Timur Tengah dan tahu apa yang terjadi di kawasan ini, saya bisa mengatakan bahwa pada tahap manapun saya tidak ingin melihat Sinwar dikuburkan," kata anggota Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyah itu.
Pernyataan Regev menimbulkan reaksi beragam di dalam negeri maupun di tingkat internasional. Sejumlah komentator Israel mendukung langkah tersebut sebagai bentuk pencegahan, sementara yang lain memperingatkan bahwa hal itu dapat semakin memanaskan ketegangan regional dan menghambat upaya mediasi yang sedang berlangsung.
2. Israel tolak serahkan jenazah Yahya Sinwar dan saudara laki-lakinya
Selama negosiasi gencatan senjata, Hamas meminta agar jenazah Yahya Sinwar dan saudaranya laki-lakinya, Mohammed Sinwar, yang terbunuh dalam serangan udara Israel pada Mei, dikembalikan, Namun, Israel menolak tuntutan tersebut.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel telah membebaskan sekitar 2 ribu tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel, dan berkomitmen untuk menyerahkan jenazah 360 tahanan lainnya yang telah meninggal dengan imbalan pembebasan seluruh sandera Israel yang ditahan di Gaza.
Dilansir dari Al Jazeera, tim forensik yang menerima sekitar 45 jenazah warga Palestina yang dikembalikan oleh Israel pekan lalu mengatakan bahwa beberapa di antaranya tiba dalam kondisi terborgol dan menunjukkan tanda-tanda kekerasan fisik serta kemungkinan eksekusi.
3. Hamas tetap berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata
Sementara itu, delegasi pejabat Hamas yang menghadiri pertemuan dengan pejabat Turki di Qatar pada Selasa (21/10/2025) mengatakan bahwa kelompok Palestina tersebut tetap berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata meskipun Israel telah berulang kali melakukan pelanggaran.
Ia juga menuduh Israel menunda penerapan gencatan senjata dengan tidak membuka penyeberangan Rafah untuk evakuasi warga yang sakit dan terluka, serta menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Penyeberangan Rafah masih ditutup sejak 7 Mei 2024, ketika direbut oleh pasukan Israel saat mereka menyerbu Rafah, di mana hampir satu juta orang berlindung pada saat itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu menyebut penyeberangan yang menghubungkan wilayah Palestina dan Mesir itu sebagai salah satu dari dua jalur utama untuk akses kemanusiaan.


















