Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mesir Cegah Ratusan Aktivis yang Bawa Bantuan ke Gaza Menyeberangi Rafah

Aksi protes membela Palestina. (Brahim Guedich, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)
Aksi protes membela Palestina. (Brahim Guedich, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Aktivis asing dilarang menuju perbatasan Rafah oleh polisi Mesir
  • Pemerintah Mesir meminta semua aktivitas ke perbatasan Rafah harus disetujui terlebih dahulu
  • Sejumlah WNI yang ikut aksi Global March to Gaza dalam kondisi baik dan tetap semangat

Jakarta, IDN Times - Rencana ribuan aktivis dari puluhan negara yang ingin menuju ke Gaza lewat pelintasan perbatasan Rafah, Mesir, tidak bisa terwujud. Sebab, polisi Mesir sudah mencegah mereka di Kota Ismailia, sehingga tak bisa menuju ke Rafah.

Ribuan aktivis ini merupakan peserta aksi damai 'Global March to Gaza' yang terdiri dari 57 negara. Tujuan akhir mereka ingin menerobos blokade penjagaan Israel di perbatasan Rafah agar bantuan kemanusiaan dibolehkan masuk ke Kota Gaza, Palestina.

Sejumlah publik figur dari Indonesia pun ikut serta dalam aksi tersebut, di antaranya Zaskia Adya Mecca, Wanda Hamidah, Ratna Galih hingga Irvan Farhad.

Tetapi, alih-alih diberikan akses, otoritas Mesir justru menyita paspor puluhan peserta aksi. Panitia Global March to Gaza mengatakan, ada sekitar 40 peserta yang paspornya disita ketika hendak meninggalkan titik pemeriksaan di ibu kota Kairo.

"Mereka ditahan di area terbuka dengan cuaca panas dan tidak dibolehkan keluar," demikian pernyataan dari panitia yang dikutip dari stasiun berita Al Jazeera, Minggu (15/6/2025).

Semula panitia berencana memberangkatkan peserta dengan bus menuju ke El Arish, sebuah kota dengan pengamanan ketat di Semenanjung Sinai. Kemudian, dari sana, mereka berjalan kaki sejauh 50 kilometer menuju ke perbatasan Rafah yang berada di Mesir.

Para demonstran rencananya akan bermalam di dalam tenda dekat perbatasan. Kemudian mereka akan kembali ke ibu kota Kairo pada 19 Juni mendatang. Namun, rencana itu terancam gagal.

1. Aktivis yang bukan warga negara Mesir diminta pulang

Ilustrasi Bendera Mesir (pixabay.com/davidrockdesign-2595351)
Ilustrasi Bendera Mesir (pixabay.com/davidrockdesign-2595351)

Lebih lanjut, polisi Mesir sempat menyetop bus yang ditumpangi oleh para aktivis Global March to Gaza tersebut ketika berada di Kota Ismalia. Menurut pengakuan para aktivis, polisi Mesir meminta penumpang yang bukan warga Mesir agar turun. Mereka dilarang menuju ke perbatasan Rafah.

Salah satu pengakuan disampaikan oleh anggota independen parlemen Irlandia, Paul Murphy, yang ikut dalam rombongan menuju ke Perbatasan Rafah. Di akun media sosialnya, Murphy mengaku paspornya disita dan kini sedang ditahan.

"Sepertinya otoritas Mesir mengambil tindakan terhadap peserta aksi Global March to Gaza," ujarnya seperti dikutip dari akun X pada hari ini.

Cerita lainnya datang dari salah satu peserta asal Belanda, Mo. Ia mengatakan, timnya menumpang taksi menuju ke Kota Ismalia. Tetapi, di titik pemeriksaan, warga asing diminta untuk menyerahkan paspor mereka. Hanya pemegang paspor Mesir saja yang dibolehkan masuk.

Dia juga menjelaskan, polisi huru hara sempat mendatangi para demonstran dan meminta untuk bubar. Tetapi, otoritas Mesir menggunakan tindak kekerasan dalam pembubaran itu.

"Banyak anggota dari kelompok kami yang terpisah. Sebagian ada yang dipukuli oleh polisi. Jadi, mereka kembali dengan luka-luka dan memar," ujar Mo seperti dikutip dari stasiun berita Al Jazeera.

2. Pemerintah Mesir sebut semua aktivitas ke Perbatasan Rafah harus dapat persetujuan dulu

Screenshot_20250615_161255_Chrome.jpg
Ilustrasi pelintasan perbatasan Rafah yang dikelola oleh Pemerintah Mesir. (Dokumentasi kantor berita Anadolu)

Sementara, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan, setiap kunjungan ke Perbatasan Rafah harus dikoordinasikan lebih dulu dengan Kedutaan Mesir di masing-masing negara. Mereka khawatir terhadap situasi keamanan di Semanjung Sinai.

Tetapi panitia aksi demonstrasi damai itu bersikukuh mengaku mereka telah berkoordinasi dengan otoritas setempat. Panitia juga menyerukan kepada Pemerintah Mesir untuk membebaskan warga asing yang ditahan ketika hendak menuju ke Perbatasan Rafah.

Di sisi lain, sejumlah narasumber mengatakan, setidaknya ada 88 warga negara asing yang ditahan dan telah dideportasi melalui bandara di Kairo. Sumber di bandara menyebut, 77 warga asing telah dipulangkan lewat Istanbul karena melanggar akses masuk. Sebanyak 100 warga asing lainya menunggu untuk dideportasi dan telah berada di bandara.

3. WNI yang ikut aksi Global March to Gaza dalam keadaan baik

1000004745-Photoroom.png
Zaskia Adya Mecca dan sejumlah WNI lainnya yang ikut aksi Global March to Gaza. (www.instagram.com/@zaskiadyamecca)

Sementara, sekitar 10 WNI yang ikut terbang dari Jakarta untuk ikut aksi demo damai Global March to Gaza mengaku dalam keadaan baik. Selebgram, Hamidah Rachmayanti mengunggah satu foto yang menggambarkan ia dan sejumlah WNI lainnya di dalam lift.

"Setiap langkah yang terus dihalangi dalam perjalanan ini akan melahirkan seribu langkah baru. Ketika satu suara dibungkam, justru akan menumbuhkan banyaknya suara bahkan teriakan yang akan berseru lebih lantang," tulis Hamidah di akun media sosialnya pada hari ini.

"Saat ini bukan perkara hasil tetapi bergerak melakukan ikhtiar dan doa yang bisa mengubah mustahil menjadi berhasil. Secepatnya akan kami bagikan cerita perjalanan kami," imbuhnya.

Share
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us