Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Microsoft Pecat Empat Pegawai karena Bela Palestina

ilustrasi logo Microsoft (pexel.com/Angel Bena)
ilustrasi logo Microsoft (pexel.com/Angel Bena)
Intinya sih...
  • Kelompok aktivis menuntut pemutusan kerja sama dengan Israel Gerakan No Azure for Apartheid yang berisi pekerja dan eks karyawan Microsoft, Google, serta Oracle mendesak Microsoft mengakhiri kontrak dengan Israel. Mereka juga meminta adanya kompensasi bagi warga Palestina.
  • Polisi menangkap sejumlah demonstran di kantor Brad Smith Pada 26 Agustus 2025, tujuh orang termasuk Hattle dan Fameli diamankan oleh polisi Redmond. Mereka dituduh melakukan pelanggaran berupa masuk tanpa izin, melawan petugas, hingga menghalangi penangkapan setelah menduduki ruang kerja Brad Smith.
  • Microsoft melakukan investigasi di tengah konflik Gaza Microsoft memulai penyelidikan resmi mengenai dugaan p
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Microsoft memutus hubungan kerja dua pegawainya lagi setelah sebelumnya memecat dua pegawai yang ikut demo membela Palestina. Total ada empat pegawai Microsoft dipecat yakni Anna Hattle, Riki Fameli, Nisreen Jaradat, dan Julius Shan. Pemecatan ini diumumkan Sabtu (30/8/2025) dan dilaporkan sejumlah media internasional. Mereka dipecat lantaran memprotes kerja sama perusahaan dengan Israel.

Perusahaan menyatakan alasan pemecatan terkait pelanggaran serius terhadap kebijakan serta kode etik internal. Microsoft menilai aksi protes, khususnya sit-in, menimbulkan risiko besar terhadap keselamatan karyawan lain. Menurut mereka, tindakan semacam ini tidak bisa diterima karena bertentangan dengan nilai inti perusahaan.

1. Kelompok aktivis menuntut pemutusan kerja sama dengan Israel

ilustrasi gaza (pexels.com/TIMO)
ilustrasi gaza (pexels.com/TIMO)

Gerakan No Azure for Apartheid yang berisi pekerja dan eks karyawan Microsoft, Google, serta Oracle mendesak Microsoft mengakhiri kontrak dengan Israel. Mereka juga meminta adanya kompensasi bagi warga Palestina.

Dorongan ini muncul setelah investigasi gabungan pada Agustus 2025 oleh The Guardian, +972 Magazine, dan Local Call yang mengungkap penggunaan perangkat lunak Microsoft Azure oleh unit militer Israel, dilansir dari Al Jazeera. Anna Hattle menyampaikan alasan aksi protes tersebut.

“Kami berada di sini karena Microsoft terus menyediakan alat-alat yang dibutuhkan Israel untuk melakukan genosida sambil menyesatkan dan mengelabui pekerjanya sendiri tentang kenyataan ini,” katanya, dikutip dari Al Jazeera.

Pernyataan ini memperkuat kritik bahwa perusahaan justru mendukung praktik yang merugikan warga Palestina. Dilansir dari Times of India, dalam konferensi pers pada Kamis (28/8/2025), No Azure for Apartheid menuduh pemecatan dilakukan untuk membungkam suara pekerja. Kelompok itu juga menilai Microsoft telah menggambarkan aksi mereka secara keliru, bahkan memperburuk keadaan dengan melibatkan pihak keamanan dan kepolisian.

2. Polisi menangkap sejumlah demonstran di kantor Brad Smith

ilustrasi demo “Free Palestine” (pexels.com/Faruk Yıldız)
ilustrasi demo “Free Palestine” (pexels.com/Faruk Yıldız)

Pada 26 Agustus 2025, tujuh orang termasuk Hattle dan Fameli diamankan oleh polisi Redmond. Mereka dituduh melakukan pelanggaran berupa masuk tanpa izin, melawan petugas, hingga menghalangi penangkapan setelah menduduki ruang kerja Brad Smith. Aksi itu merupakan bagian dari rangkaian protes panjang yang menentang keterlibatan Microsoft dengan Israel.

Sepekan sebelumnya, aparat juga telah menahan 18 orang dalam aksi serupa di markas Redmond. Protes berulang ini menunjukkan intensitas perlawanan terhadap keputusan perusahaan yang dianggap tidak transparan. Gelombang demonstrasi pun terus berlanjut meski sudah ada tindakan hukum terhadap sejumlah peserta.

3. Microsoft melakukan investigasi di tengah konflik Gaza

ilustrasi bangunan hancur imbas perang (pexels.com/Ahmed akacha)
ilustrasi bangunan hancur imbas perang (pexels.com/Ahmed akacha)

Microsoft memulai penyelidikan resmi mengenai dugaan pemanfaatan platform Azure oleh Israel. Pada Rabu (27/8/2025), Smith menegaskan komitmen perusahaan.

“Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip hak asasi manusia kami dan ketentuan kontrak layanan kami ditegakkan di Timur Tengah,” ujarnya, dikutip dari CBS News.

Ia juga menambahkan bahwa Microsoft menghormati kebebasan berpendapat selama dilakukan secara sah.

Aksi protes karyawan ini terjadi di tengah konflik yang masih berlangsung di Gaza. Israel melancarkan perang setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang di Israel selatan dan menyebabkan 251 lainnya disandera ke Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, jumlah korban jiwa di Gaza sudah melampaui 60 ribu orang, tanpa perincian antara warga sipil maupun kombatan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us