Moldova Sebut Rusia Berniat Intervensi lewat Pilkada Gagauzia

Jakarta, IDN Times - Presiden Moldova, Maia Sandu, mengungkapkan bahwa Rusia berniat mengintervensi negaranya lewat pilkada di Gagauzia akhir pekan ini. Ia bahkan menyebut sejumlah pemimpin di wilayah otonom tersebut sebagai agen Rusia.
Pekan lalu, Gubernur Tatarstan, Rusia, Rustam Minnikhanov tidak diperbolehkan masuk ketika tiba di Bandara Chisinau. Ia dianggap akan memberikan pengaruh di wilayah Gagauzia yang dikenal pro-Rusia. Insiden ini berbuntut pada pengusiran diplomat Rusia di Moldova dan sebaliknya.
1. Sandu sebut banyak calon pemimpin Gagauzia yang jadi agen Rusia

Sandu menyebut bahwa rencana kedatangan Minnikhanov ke negaranya adalah bentuk intervensi terbuka dari Rusia. Ia menyebut Rusia memang mendukung salah satu pemimpin dalam pilkada di Gagauzia pada 30 April nanti.
"Kami melihat adanya intervensi terbuka dari Rusia. Ia bertujuan ke Gagauzia untuk mendukung salah satu kandidat dalam pilkada. Sayangnya, banyak kandidat di Gagauzia yang merupakan agen Rusia, bukannya politisi yang tidak ingin bekerja demi kebaikan warga Gagauzia," tutur Sandu pada Kamis (27/4/2023), dikutip Reuters.
Ia menambahkan bahwa Rusia memang tidak pernah menghargai kehormatan negaranya, sehingga terus mencoba menggoyahkan stabilitas negaranya.
"Rusia tidak menghargai dan tidak pernah menghormati kedaulatan dan kemerdekaan kami. Sekarang Moskow mencoba untuk merusak stabilitas dan situasi di Moldova demi mencegah masuknya kami ke dalam anggota Uni Eropa,"
2. Mayoritas calon pemimpin Gagauzia berpandangan pro-Rusia
Mayoritas kandidat kepala daerah di Gagauzia yang akan bertanding dalam pilkada diketahui punya pandangan pro-Rusia. Mereka juga mendapatkan dukungan dari partai pro-Rusia di Moldova dan berniat mengembalikan hubungan baik dengan Moskow.
Dilansir Carnegie Europe, salah satu kandidat independen, Grigory Urzun mendapatkan dukungan dari Partai Sosialis Moldova yang dipimpin oleh eks Presiden Igor Dodon. Ia bahkan menghadiri langsung kampanye Uzun dan mengajak warga memilihnya.
Kandidat lain, Viktor Petrov yang cukup aktif dalam menyuarakan pengembalian hubungan baik dengan Rusia. Ia juga yang mengundang Gubernur Minnikhanov ke Gagauzia untuk menghadirkan konferensi internasional.
Petrov juga dikenal sebagai pemimpin kelompok Persatuan Warga Gagauzia yang dibentuk pada Juni 2022. Kelompok itu menganggap kesulitan yang dihadapi warga Gagauzia saat ini akibat kebijakan pro-Eropa yang dicanangkan Sandu. Bahkan, kelompok itu sudah menyuarakan penolakan negosiasi dengan UE.
3. Moldova dukung pendirian Pengadilan Khusus Agresi Rusia ke Ukraina
Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengadakan kunjungan ke Chisinau untuk bertemu dengan Maia Sandu. Tujuan utama kedatangannya untuk meningkatkan kooperasi, perdagangan, dan keamanan.
Dilaporkan Ukrinform, kedua negara juga sepakat untuk mendirikan Pengadilan Khusus untuk Kasus Kriminal Agresi Ukraina. Kuleba menyebut sudah ada setidaknya 35 negara yang menyetujui pendirian ini, termasuk Moldova.
"Perbincangan produktid dengan rekan kami Moldova ini mengarah pada langkah membuka aksesi Uni Eropa pada 2023. Dia memberitahukan saya bahwa Moldova memutuskan utnuk bergabung dalam pendirian Pengadilan Khusus Kriminal Agresi Ukraina yang sudah menjadi 35 negara," terangnya.