Warning! Rusia Akan Gunakan Nuklir jika Merasa Keberadaannya Terancam

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia akan menggunakan senjata nuklir jika menghadapi ancaman eksistensial. Hal itu disampaikan Peskov dalam sebuah wawancara pada Selasa (22/3/2022), saat menjawab pertanyaan dari seorang wartawan yang khawatir perang di Ukraina bisa menjadi perang nuklir.
Bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan divisi nuklirnya untuk bersiaga. Setelah itu, pada 28 Februari, Kementrian Pertahanan Rusia mengatakan Armada Utara dengan kekuatan nuklir telah siap dalam mode tempur.
Rusia adalah salah satu negara yang menguasai teknologi senjata nuklir. Rusia juga diketahui memiliki hulu ledak nuklir terbanyak jika dibandingkan dengan negara lain. Pengamat menilai retorika senjata nuklir Rusia adalah cara Putin memaksa negara lain untuk tidak ikut campur membantu Ukraina.
1. Kekuatan senjata nuklir Rusia

Invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari telah menimbulkan kekhawatiran bagi banyak pengamat perang. Rusia yang memiliki senjata nuklir berperang melawan Ukraina yang mendapatkan bantuan pasokan persenjataan dari negara-negara Barat.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada pertengahan Maret, mengatakan perang di Ukraina membawa membawa potensi perang nuklir. "Prospek konflik nuklir, yang dulu tidak terpikirkan, sekarang kembali ke ranah kemungkinan," kata Guterres dikutip Reuters.
Rusia adalah negara yang diketahui memiliki hulu ledak nuklir terbanyak. Menurut Arms Control, Rusia memiliki lebih dari enam ribu hulu ledak nuklir. Tapi dalam analisa terbaru BBC, Rusia memiliki 5.977 hulu ledak nuklir.
Dari total itu, sekitar 1.500 hulu ledak telah memasuki usia pensiun atau akan dibongkar. Sekitar 4.500 hulu ledak lainnya terpasang dalam persenjataan triad nuklir, yakni rudal balistik nuklir, kapal selam nuklir dan bomber strategis nuklir.
2. Rusia akan gunakan nuklir jika ada ancaman eksistensial untuk negaranya
Dalam perang Ukraina saat ini, Peskov mengaku Rusia belum mencapai tujuan militernya. Dia membantah berulang kali Moskow akan menggunakan senjata nuklir dalam konflik tersebut kecuali jika menghadapi ancaman terhadap keberadaan mereka, menurut catatan jurnalis CNN dalam wawancara pada Selasa.
"Presiden Vladimir Putin akan menggunakan kemampuan nuklir Rusia jika terjadi ancaman eksistensial bagi negara kami, maka itu bisa (digunakan)," kata Peskov.
Pada akhir Februari, Putin mengatakan "tidak peduli siapa yang mencoba menghalangi kami atau lebih lagi menciptakan ancaman bagi negara kami dan rakyat kami, mereka harus tahu bahwa Rusia akan segera merespons, dan konsekuensinya menjadi seperti yang belum pernah Anda lihat sepanjang sejarah Anda."
3. Rusia peringatkan NATO untuk tidak bantu jet tempur ke Ukraina

Retorika senjata nuklir yang pernah dikeluarkan Putin menjadi salah satu perhatian negara-negara Barat, khususnya AS. Juru bicara Pentagon John Kirby menyebut retorika itu berbahaya.
"Itu bukan cara yang harus dilakukan oleh (negara) kekuatan nuklir yang bertanggung jawab," kata Kirby, dikutip dari France24. Dia menegaskan Pentagon terus melakukan pemantauan sebaik mungkin setiap hari tentang kemungkinan penggunaan senjata pemusnah massal itu.
Beatrice Fihn, yang memimpin Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir, memperingatkan bahwa pemimpin Rusia menggunakan "pemerasan" nuklir untuk menjaga komunitas internasional tidak ikut campur dalam invasinya ke Ukraina.
Rusia menamai invasi ke Ukraina sebagai operasi militer khusus. Mereka juga terus menegaskan menyerang militer Ukraina dan tidak menargetkan warga sipil, meski media telah melaporkan ribuan warga sipil Ukraina tewas.
Ukraina mempertahankan wilayahnya dengan persenjataan bantuan dari negara-negara Barat. Moskow telah memberi peringatan bahwa jika AS dan NATO memasok Ukraina dengan jet tempur sehingga dapat memperluas perang, maka itu menempatkan Rusia dalam konfrontasi langsung senjata nuklir dengan Barat.