Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Negara ASEAN Dihajar Tarif Resiprokal AS, Apa yang Bisa Dilakukan?

ilustrasi Sekretariat ASEAN (IDN Times/Marcheilla Ariesta)
Intinya sih...
  • Negara-negara Asia Tenggara diganjar tarif resiprokal oleh AS, ASEAN tidak bisa berbuat apa-apa.
  • ASEAN diharapkan memberikan 'pesan' bersifat simbolis terhadap pemberian tarif ini, pembalasan lebih besar dapat merugikan ekonomi domestik negara-negara anggota.
  • Malaysia mencari solusi untuk menegakkan semangat perdagangan bebas dan adil, sementara ekonom Jayant Menon menyarankan agar Asia Tenggara tidak mengenakan tarif pembalasan ke AS.

Jakarta, IDN Times - Negara-negara di kawasan Asia Tenggara hampir semua diganjar tarif resirokal oleh Amerika Serikat (AS). Menurut peneliti Pusat Studi ASEAN di Singapura, Joanne Lin, ASEAN tidak bisa berbuat apa-apa.

Kepada Channel News Asia, Lin tidak yakin jika negara-negara di blok ini akan mengkoordinasikan tanggapan bersatu pada tahap awal pengumuman ini.

"Kemungkinan besar, masing-masing negara anggota ASEAN akan mengkalibrasi tanggapan mereka sendiri hingga tingkat yang berbeda-beda," kata Lin, Kamis (3/4/2025).

1. ASEAN diharapkan memberikan 'pesan simbolis'

Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn. (IDN Times/Sonya Michaella)

Walaupun, ASEAN diharapkan memberikan 'pesan' bersifat simbolis terhadap pemberian tarif ini. Menurut Lin, jika ada balasan lebih besar, dapat berakibat dengan merugikan ekonomi domestik negara-negara anggota.

"Pembalasan simbolis lebih mungkin terjadi pada negara-negara yang terkena dampak sedang, seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand," ucap Lin.

Di antara negara-negara anggota ASEAN, Kamboja, Laos, Vietnam dan Myanmar yang tertinggi, masing-masing dengan tarif 49 persen, 48 persen, 46 persen dan 44 persen. Kemudian ada Thailand, Indonesia, Malaysia dan Brunei masing-masing dengan 36 persen, 32 persen, 24 persen dan 24 persen.

Kemudian ada Filipina, Singapura dan calon anggota Timor Leste dengan masing-masing 17 persen, 10 dan 10 persen.

2. Malaysia menahan diri melawan

Ilustrasi bendera Malaysia. (dok. Pixabay/Engin Akyurt)

Malaysia tampaknya menahan diri untuk tidak melakukan perlawanan saat ini. Mereka terkena tarif 24 persen dari Trump. Kementerian Investasi, Perdagangan dan Industri Malaysia (MITI) dalam pernyataannya mengatakan, Negeri Jiran akan mencari solusi untuk menegakkan semangat perdagangan bebas dan adil.

"Untuk mengurangi dampak tarif, Malaysia memperluas pasar ekspor kami dengan memprioritaskan wilayah dengan pertumbuhan tinggi dan memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas yang ada, termasuk Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik, dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional," kata MITI dalam sebuah pernyataan.

3. Akan ada peralihan investasi di Asia Tenggara

Ilustrasi bendera Vietnam berkibar di Hanoi. (unsplash.com/Ajay Karpur)

Sementara itu, ekonom Jayant Menon mengatakan, berbagai tingkat tarif AS yang dikenakan ke negara-negara Asia Tenggara dapat menyebabkan peralihan investasi asing.

"Dari negara Indochina seperti Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos dan Thailand, investasi asing akan beralih ke negara tetangga mereka dengan paparan tarif lebih rendah, misalnya Filipina, Singapura, Malaysia hingga Indonesia," katanya.

Menon menyarankan, Asia Tenggara seharusnya tidak mengenakan tarif pembalasan ke AS. Namun, ASEAN harus berkolaborasi dengan negara-negara lain seperti China dan Uni Eropa.

“Negara-negara ASEAN harus menahan godaan untuk membalas, terutama karena tarif lebih merugikan negara-negara yang mengenakannya daripada siapa pun,” katanya menegaskan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us