Netanyahu Tolak Ide Gencatan Senjata dengan Pertukaran Sandera

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas selama lima hari dengan di Jalur Gaza. Gencatan senjata menjadi wacana atas imbalan Hamas mebebaskan sandera Israel.
Sumber Israel mengatakan, Netanyahu langsung menolak kesepakatan dengan alasan Hamas mendalangi serangan pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan lebih dari 1.400 warga Israel.
1. Netanyahu ingin terus memborbardir Gaza
Negosiasi dilanjutkan setelah serangan darat Israel pada 27 Oktober 2023. Namun, sumber yang sama mengatakan, Netanyahu ingin terus melakukan pengeboman di wilayah Gaza.
Pihak lain mengindikasikan, negosiasi yang dilakukan sebelum invasi melibatkan jumlah sandera yang jauh lebih besar dari tawaran Hamas.
Hamas sendiri telah mengusulkan pembebasan puluhan warga negara asing yang disandera di Gaza.
Diperkirakan 240 orang disandera setelah Hamas, Jihad Islam Palestina, dan kelompok lain yang berbasis di Gaza melintasi pagar perbatasan yang memisahkan wilayah tersebut dari kota-kota Israel. Beberapa sandera dikabarkan telah dibebaskan dengan alasan kesehatan, dilansir The Guardian.
2. Sejumlah negara ingin wujudkan gencatan kemanusiaan

Sejumlah negara siap menjadi mediator untuk menginisiasi gencatan senjata selama tiga hari, dengan imbalan pembebasan sekitar belasan sandera yang ditahan Hamas.
Kesepakatan itu juga memungkinkan bahan bakar masuk ke wilayah Gaza untuk pertama kalinya sejak 7 Oktober 2023.
“Pembicaraan berkisar pada pembebasan 12 sandera. Pembicaraan juga memungkinkan Mesir untuk memberikan perpanjangan waktu guna distribusi bantuan kemanusiaan,” menurut sumber yang dekat dengan Hamas kepada AFP, dilansir CBS News.
“Ada perbedaan pendapat seputar periode waktu dan di sekitar utara (Jalur Gaza), yang menjadi titik tempur. Qatar sedang menunggu tanggapan Israel,” kata sumber itu.
Kesepakatan gencatan senjata ditengahi oleh AS, Mesir dan Qatar. Ada juga perwakilan dari negara-negara Teluk yang akan menjadi perwakilan dari Hamas.
3. Masyarakat Israel marah akibat pemerintah tidak prioritaskan negosiasi

Seorang pejabat senior AS mengatakan, pemerintahan telah menyarankan Israel menyetujui gencatan senjata.
Di sisi lain, masyarakat Israel marah karena pemerintah tidak memprioritaskan negosiasi pmebebasan sandera. Banyak dari keluarga sandera bekumpul di luar kediaman Netanyahu awal pekan ini.
Menurut beberapa sumber, kesepakatan awal yang dibahas adalah pembebasan anak-anak, perempuan, orang lanjut usia, dan orang sakit dengan imbalan gencatan senjata selama lima hari. Namun, Israel menolaknya dan justru memulai serangan darat.
Abu Obeida, juru bicara sayap Hamas Izz ad-Din al-Qassam, mengatakan bahwa kelompok tersebut ogah membebaskan lebih banyak sandera di tengah meningkatnya serangan Israel.
Sumber lain mengatakan, Hamas pada awalnya meminta pertukaran tahanan dengam imbalan bahan bakar harus diiznkan masuk.
“Setiap kali permintaan, balasan Israel semakin keras,” kata sumber itu.