Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Otoritas Libya Deklarasikan Gencatan Senjata Total

Kunjungan resmi ke Negara Malta oleh Presiden Libya dari Pemerintahan Tripoli, Fayez al-Sarraj, pada 6 Juli 2020. twitter.com/MaltaGov
Kunjungan resmi ke Negara Malta oleh Presiden Libya dari Pemerintahan Tripoli, Fayez al-Sarraj, pada 6 Juli 2020. twitter.com/MaltaGov

Tripoli, IDN Times - Pemerintahan Tripoli dan Tobruk pada hari Jumat (21/08), mendeklarasikan gencatan senjata secara menyeluruh di Libya setelah perang saudara terus berkecamuk akibat jatuhnya kekuasaan Muammar Gaddafi di tahun 2011.

Gencatan senjata ini diumumkan karena kedua belah telah menyetujui untuk mempersiapkan pemilihan umum dan ancaman keterlibatan Militer Mesir secara langsung yang tentunya akan membuat konflik semakin berdarah apabila terjadi, seperti yang dilansir dari France24

1. Seluruh operasi militer dihentikan

Pasukan dan tank Tentara Nasional Libya. twitter.com/alifurkani
Pasukan dan tank Tentara Nasional Libya. twitter.com/alifurkani

Ketika pimpinan Pasukan Tentara Nasional Libya, Khalifa Haftar, melancarkan operasi militernya pada tahun 2015 terhadap Pemerintahan Tripoli yang diakui PBB, hampir seluruh Wilayah Libya berhasil dikuasainya namun dapat digagalkan setelah Pasukan Pemerintahan Tripoli mendapat dukungan dari Militer Turki yang memukul mundur Pasukan Haftar pada tahun 2020 ini. 

Dikutip dari Reuters, dengan diberlakukannya gencatan senjata, Presiden Libya dari Pemerintahan Tripoli, Fayez al-Sarraj, meminta semua pasukan dari kedua belah pihak untuk menghentikan seluruh operasi militer dan aksi tembak-menembak di Libya. 

Meskipun gencatan senjata telah diakui penuh oleh Pemerintahan Tripoli, sampai saat ini Jenderal Haftar selaku pimpinan Pasukan Tentara Nasional Libya yang mendukung Pemerintahan Tobruk belum berkomentar apa-apa. Tetapi, Juru Bicara Pemerintahan Tobruk, Aqila Saleh, mendukung penuh gencatan senjata yang telah dideklarasikan oleh Pemerintahan Tripoli. 

2. Guna melaksanakan pemilu

Ilustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Konflik berkepanjangan di Libya adalah hasil dari pemberontakan yang diarahkan kepada pemimpin satu-satunya yang pernah mereka miliki kala itu Kolonel Muammar Gadaffi dimana ketika rezimnya jatuh seluruh Libya ikut masuk ke lubang kegelapan. Tanpa kepemimpinan yang jelas membuat Libya terbagi menjadi dua pemerintahan yang terus berseteru. 

Dikarenakan sudah terlalu lama perang membumihanguskan Libya dan membunuh banyak dari warganya, maka gencatan senjata kembali diterapkan sehingga pemilihan umum dapat dipersiapkan agar perseteruan dua pemerintahan kedepannya bisa dihindari, dilansir BBC

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sangat mendukung keputusan Pemerintahan Tripoli dan Tobruk untuk mengenyampingkan konflik dan memilih jalur damai guna menyelesaikan konflik berdarah di Libya. 

3. Mesir dukung deklarasi gencatan senjata di Libya

Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, menyambut kedatangan Juru Bicara Pemerintahan Tobruk, Aqila Saleh, dan Pemimpin Tentara Nasional Libya, Khalifa Haftar. twitter.com/AlsisiOfficial
Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, menyambut kedatangan Juru Bicara Pemerintahan Tobruk, Aqila Saleh, dan Pemimpin Tentara Nasional Libya, Khalifa Haftar. twitter.com/AlsisiOfficial

Tidak sedikit negara asing, seperti Mesir, yang terlibat dalam Perang Saudara Libya dengan membantu kekuatan tertentu untuk meraih kepentingannya masing-masing, terutama untuk menguasai cadangan minyak bumi yang sangat kaya di Libya dan menjaga kestabilan wilayah perbatasan.

Dilaporkan France24, Mesir yang sekian lama ikut campur dalam Perang Saudara Libya dengan mendukung Khalifa Haftar, akhirnya mendukung penuh deklarasi gencatan senjata yang diumumkan Pemerintahan Tripoli. 

Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, dalam twit-nya menyebutkan bahwa, "saya menyambut baik pernyataan Dewan Kepresidenan dan Dewan Perwakilan Rakyat Libya yang menyerukan gencatan senjata dan penghentian operasi militer di semua Wilayah Libya". Sambutan baik yang diberikan Presiden Sisi dapat menjadi sebuah jaminan penundaan keterlibatan Militer Mesir secara langsung di Libya sehingga intensitas konflik dapat menurun dengan drastis. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Karl Gading S.
EditorKarl Gading S.
Follow Us