Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dianggap Berbau Pedofilia dan Penodaan Agama, Pameran Ini Dihentikan

Alice Donovan Rouse via Unsplash

Sebuah pameran seni yang diselenggarakan dan komunitas querr di Brazil dihentikan. Dikutip dari The Guardian, pameran bertajuk Queermuseu atau Museum Queer yang dilaksanakan di pusat budaya di Porto Alegre tersebut ditutup paksa pada Minggu (10/9) waktu setempat. Penutupan ini lebih cepat satu bulan dari jadwal yang ditentukan.

Queer sendiri adalah sebuah sebuah kelompok yang memayungi berbagai identitas dan orientasi seksual. Sebaliknya, bagi yang tak memahami, istilah queer selalu diasosiasikan dengan komunitas homoseksual yang melakukan segala aktivitas menyimpang dari norma agama dan yang berlaku di masyarakat. Penutupan ini sangat mengejutkan. Sebab, ada setidaknya 263 karya seni dari seniman-seniman ternama Brazil seperti Candido Portinari dan Lygia Clark.

Ditentang oleh kelompok Kristen.

Default Image IDN

Kontroversi terkait keberadaan pameran itu muncul ketika para demonstran yang didukung oleh kelompok Kristen evangelis, menuduh penyelenggara dan peserta memromosikan penodaan agama, pedofilia dan hubungan seksual antara manusia dan binatang. Para penentang tersebut tergabung dalam Free Brazil Movement.

Salah satu pastor evangelis yang ikut dalam protes tersebut, Silas Malafia, mengatakan,"Mereka melewati batas-batas toleransi." Senada, salah seorang pemimpin Free Brazil Movement, Kim Kataguiri, mengklaim tak melakukan penyensoran, melainkan hanya memboikot. "Kami memboikot pameran itu karena melibatkan uang publik dalam promosi hubungan seks antara manusia dan binatang, pedofilia dan penodaan terhadap keyakinan Kristen," ujarnya. Dia juga menuduh bahwa pameran itu menunjukkan kelompok gay sebagai orang-orang yang melakukan seks dengan binatang.

Penyelenggara membantah tuduhan tersebut.

Default Image IDN

Sebaliknya, komunitas seni Brazil menilai protes yang dilakukan Free Brazil Movement itu adalah bentuk pelanggaran kebebasan berekspresi. "Ini adalah pameran seni yang membahas beragam isu soal identitas. Ini adalah momen menakutkan untuk kehidupan di Brazil," kata salah satu pegiat, Gaudêncio Fidelis.

Bahkan, para demonstran menyebarkan sebuah video yang mendeskripsikan salah satu lukisan yang berjudul "Gay Children" sebagai prostitusi anak. Fidelis bersumpah bahwa anak-anak dalam lukisan itu berpakaian lengkap dan tuduhan yang dilontarkan sangat tidak berdasar.

Lukisan lain yang dipersoalkan adalah karya Fernando Baril yang berjudul "Crossing Jesus Christ Goddess Shiva". Kelompok demonstran menuding lukisan itu menghina Kristen. Walau ditentang, tapi ada juga orang-orang yang mendukung pembukaan pameran itu kembali.

Misalnya, sebuah demonstrasi dilakukan pada Selasa siang (12/9) oleh kelompok LGBT. Seorang mahasiswa jurusan Ilmu Hukum yang juga memimpin gerakan Porto Alegre Without Prejudice di Facebook menegaskan,"Mobilisasi ini penting karena ini menunjukkan Porto Alegre takkan jadi komunitas yang melangkah ke belakang."

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rosa Folia
EditorRosa Folia
Follow Us