Parlemen Georgia Tarik RUU Pelabelan Media sebagai Agen Asing

Jakarta, IDN Times - Parlemen Georgia, pada Kamis (9/3/2023), mencabut rancangan undang-undang (RUU) pelabelan media yang didanai asing sebagai agen asing. Pemerintah yang dipimpin Partai Georgian Dream juga mengutarakan niatnya untuk menarik RUU tersebut tanpa syarat.
Beberapa hari terakhir, Georgia tengah digemuruhkan oleh demonstrasi besar akibat pengajuan RUU kontroversial dari partai penguasa. Kebijakan itu disebut sebagai salah satu cara Georgia untuk meniru Rusia.
1. Pemerintah sebut RUU disalahartikan oleh publik
Parlemen Georgia, yang mayoritas diduduki Partai Georgian Dream dan People's Power, telah menyatakan untuk menarik RUU tersebut. Tapi, mereka menyayangkan karena publik salah memahami maksud dari RUU itu.
"Demi meredakan keributan, kami akan menjelaskan kepada publik bahwa undang-undang tersebut berguna untuk apa dan kenapa ini sangat penting, untuk memastikan transparansi pengaruh asing di negara kami," papar perwakilan Partai Georgian Dream, dikutip OC Media.
"Untuk melakukan ini, kami akan memulai pertemuan dengan semua orang dan membiarkan publik tahu kebenaran di setiap dan seluruh detail dari undang-undang tersebut. UU tersebut disalahartikan sebagai hukum Rusia dan kelompok radikal mengajak pemuda dalam aktivitas ilegal ini," tambahnya.
2. Presiden Georgia dukung demonstrasi
Presiden Georgia, Salome Zurabishvili, yang bertandang ke New York ikut mengajak warga Georgia untuk melakukan demonstrasi menentang RUU tersebut. Ia pun menyebut tidak ada yang membutuhkan hukum seperti itu di Georgia.
"Tidak ada yang membutuhkan undang-undang ini. Itu datang dari antah berantah. Ini hanya dapat terjadi atas pengaruh Moskow. Hukum ini harus ditolak," kata Zurabishvili, dilansir Jam News.
"Saya menyerukan kepada semua yang berdiri di Rustaveli malam ini, sebagaimana mereka berdiri di situ berkali-kali, saya berdiri di New York dengan Patung Liberti tepat berada di belakang saya. Ini adalah simbol yang selalu diperjuangkan Georgia. Saya selalu bersamamu. Hari ini Anda merepresentasikan kebebasan di Georgia," sambungnya.
Zurabishvili juga sudah menegaskan bahwa ia akan memveto hukum tersebut apabila disahkan di Georgia.
3. Demonstrasi besar selama dua hari berujung ricuh
Dilaporkan BBC, demonstrasi besar yang berlangsung selama dua hari berujung rusuh. Polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan massa yang berkumpul di depan gedung parlemen di Tbilisi.
Berdasarkan informasi dari televisi lokal, polisi berusaha mendorong demonstran dari area gedung parlemen. Bahkan, foto-foto kerusuhan antara demonstran yang marah dengan aparat kepolisian sudah beredar di media sosial dalam beberapa terakhir.
Sementara, pemerintah Georgia melaporkan bahwa setidaknya ada 66 demonstran yang ditangkap, termasuk salah satu anggota partai oposisi, Zurab Girchi Japaridze. Selain itu, terdapat sekitar 50 aparat kepolisian yang terluka.
Selain di Tbilisi, demonstrasi dengan skala yang lebih kecil juga digelar di beberapa kota, seperti Batumi, Kutaisi, Zugdidi, Poti, Akhaltsikhe, Marneuli, dan Gori.