Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PBB Dinilai Gagal, PM Malaysia Soroti Krisis Gaza di KTT SCO China

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. (Laily Rachev, Public domain, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. (Laily Rachev, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Kritik keras pada sistem internasional Anwar menyebut, kegagalan institusi internasional dalam menangani krisis global semakin jelas terlihat. Ia menyoroti keruntuhan arsitektur perdagangan, keuangan, hingga lemahnya respons terhadap perubahan iklim.
  • Gaza jadi simbol penderitaan Dalam pernyataannya, Anwar menegaskan bahwa tragedi yang terjadi di Gaza saat ini menjadi bukti paling nyata. “Kekejaman di Gaza dan Palestina, di mana anak-anak tak berdosa dibunuh dengan impunitas, ada di depan mata kita,” tegasnya.
  • Israel hadapi proses hukum internasional Selain kecaman global, Israel kini menghadapi tekanan hukum internasional. P
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim kembali menyoroti penderitaan rakyat Palestina, khususnya di Gaza. Dalam pernyataannya usai menghadiri KTT Shanghai Cooperation Organization (SCO) Plus di Tianjin, China, Senin (1/9/2025), Anwar menegaskan bahwa anak-anak Palestina terus dibunuh dengan impunitas.

Anwar menilai kondisi ini mencerminkan adanya krisis kepercayaan pada sistem internasional, terutama ketika lembaga-lembaga multilateral gagal menjalankan mandat untuk melindungi rakyat sipil. Menurutnya, penderitaan warga Palestina dan konflik di kawasan Timur Tengah menjadi bukti nyata kegagalan tersebut.

Ia juga mengapresiasi inisiatif tata kelola global yang disampaikan Presiden China Xi Jinping. Gagasan itu, menurut Anwar, relevan di tengah runtuhnya harapan pada sistem multilateral saat ini.

1. Kritik keras pada sistem internasional

Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jenewa (Ank Kumar) (Ank gsx, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)
Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jenewa (Ank Kumar) (Ank gsx, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Anwar menyebut, kegagalan institusi internasional dalam menangani krisis global semakin jelas terlihat. Ia menyoroti keruntuhan arsitektur perdagangan, keuangan, hingga lemahnya respons terhadap perubahan iklim.

“Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan tidak lagi memiliki aspirasi untuk mereformasi dirinya sendiri,” ujarnya melalui platform X.

“Hari ini ada defisit kepercayaan pada sistem internasional. Deklarasi besar tidak sesuai dengan penderitaan nyata yang dialami rakyat,” lanjut dia.

Menurut Anwar, situasi ini membuka ruang bagi kekuatan yang terus melanggengkan kolonialisme, imperialisme, dan penindasan terhadap manusia.

2. Gaza jadi simbol penderitaan

Genosida Israel telah menghancurkan wilayah Jalur Gaza, Palestina. Sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023, puluhan ribu orang terbunuh dan ribuan lainnya terluka. (x.com/UNLazzarini)
Genosida Israel telah menghancurkan wilayah Jalur Gaza, Palestina. Sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023, puluhan ribu orang terbunuh dan ribuan lainnya terluka. (x.com/UNLazzarini)

Dalam pernyataannya, Anwar menegaskan, tragedi yang terjadi di Gaza saat ini menjadi bukti paling nyata.

“Kekejaman di Gaza dan Palestina, di mana anak-anak tak berdosa dibunuh dengan impunitas, ada di depan mata kita,” bebernya menegaskan.

Ia menyebut penderitaan itu tidak berhenti di Palestina, tetapi juga merembet ke Lebanon, Iran, dan Irak. “Dunia seakan tak berdaya,” tambahnya.

Sejak Oktober 2023, lebih dari 63.500 warga Palestina tewas akibat agresi Israel di Gaza. Kampanye militer itu tak hanya menghancurkan wilayah, tetapi juga membuat jutaan warga menghadapi ancaman kelaparan.

3. Israel hadapi proses hukum internasional

Bendera Israel (pexels.com/Andrew Patrick Photo)
Bendera Israel (pexels.com/Andrew Patrick Photo)

Selain kecaman global, Israel kini menghadapi tekanan hukum internasional. Pada November 2023 lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang serta kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga sedang menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang yang dilancarkan di Jalur Gaza.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us