Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PBB: Rakyat Sudan Hadapi Kekerasan Brutal dan Kelaparan

ilustrasi rakyat Afrika (unsplash.com/Ninno JackJr)
ilustrasi rakyat Afrika (unsplash.com/Ninno JackJr)

Jakarta, IDN Times - Koordinator kemanusiaan PBB untuk Sudan, Clementine Nkweta-Salami, pada Rabu (16/5/2024) mengatakan bahwa masyarakat di negara tersebut telah terjebak dalam kekerasan brutal. 

"Kelaparan semakin dekat. Penyakit semakin mendekat. Pertempuran semakin dekat dan tidak ada tanda-tanda akan berakhir," katanya dalam konferensi pers PBB, seraya menambahkan bahwa laporan pemerkosaan, penyiksaan dan kekerasan bermotif etnis terus bermunculan.

Dia memperingatkan bahwa lebih dari 4 juta orang di sana berisiko tinggi mengalami kelaparan akibat musim hujan yang akan datang dan terhambatnya bantuan.

1. Kekerasan di El Fasher meningkat

Pada April 2023, konflik pecah antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter. Pertempuran itu pun menyebar ke seluruh negeri, terutama di wilayah seperti Darfur bagian barat. Lebih dari 14 ribu orang dan hampir 9 juta lainnya terpaksa mengungsi akibat kekerasan tersebut.

Nkweta-Salami mengungkapkan bahwa permusuhan di El Fasher, ibu kota Darfur Utara, telah meningkat. Bentrokan selama seminggu terakhir telah menyebabkan puluhan orang tewas dan membuat lebih dari 800 ribu lainnya di kota itu mengungsi.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa hujan akan mempengaruhi mobilitas di negara itu karena genangan air di jalan, dan musim tanam bisa gagal apabila petani tidak memperoleh benih.

“Singkatnya, masyarakat Sudan berada di jalur badai yang semakin hari semakin mematikan,” ujarnya, seraya mendesak pendanaan yang lebih banyak dan cepat.

2. Permohonan bantuan kemanusiaan PBB untuk Sudan hanya didanai 12 persen

Pada 15 April, donator menjanjikan bantuan kemanusiaan sebesar 2,1 miliar dolar AS (sekitar Rp33 triliun) untuk Sudan. Namun, Nkweta-Salami mengatakan bahwa permohonan kemanusiaan PBB sebesar 2,7 miliar dolar AS (sekitar Rp42 triliun) hanya didanai 12 persen.

“Tanpa sumber daya yang lebih banyak, kita tidak akan mampu melakukan upaya untuk mencegah kelaparan dan kekurangan lebih lanjut,” ungkapnya.

Leni Kinzli, juru bicara regional Program Pangan Dunia PBB, pada awal Mei mengatakan bahwa sedikitnya 1,7 juta orang di Darfur mengalami kelaparan tingkat darurat di Sudan pada Desember. Jumlah tersebut diperkirakan akan jauh lebih tinggi saat ini.

“Masyarakat beralih ke konsumsi rumput dan kulit kacang tanah. Dan jika bantuan tidak segera sampai kepada mereka, kita berisiko menyaksikan kelaparan dan kematian yang meluas di Darfur dan wilayah lain yang terkena dampak konflik di Sudan," kata Kinzli, dikutip Associated Press.

3. Nkweta-Salami minta pengiriman bantuan ditingkatkan

Pada kesempatan itu, Nkweta-Salami juga menuntut akses tanpa batas terhadap jutaan warga Sudan yang membutuhkan, dan mendesak lebih banyak pengiriman bantuan dari Chad, yang berbatasan dengan Darfur.

Dia mengatakan bahwa makanan, air dan obat-obatan sangat dibutuhkan di El Fasher, yang sekarang sudah terkepung sepenuhnya oleh RSF. Ia pun mendesak pihak-pihak yang terlibat dalam pertempuran, baik di dalam dan sekitar El Fasher, untuk mundur guna mencegah terjadinya bencana terhadap penduduk sipil.

“Dan yang terpenting, kita memerlukan lebih banyak keterlibatan untuk mengakhiri perang ini. Komunitas internasional tidak bisa berdiam diri ketika krisis ini semakin tidak terkendali – karena konflik ini semakin memperketat cengkeramannya terhadap penduduk sipil," tambahnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us