Pemimpin Aliran Sesat Kenya Didakwa Bunuh 191 Anak

Jakarta, IDN Times – Paul Mackenzie, pemimpin gereja di Kenya didakwa atas pembunuhan terhadap 191 anak-anak pada Selasa (6/2/2024). Pengadilan mengatakan Dakwaan ini juga dijatuhkan kepada 29 rekannya.
Mackenzie adalah pemimpin Gereja Good News International Ministries yang ajarannya menyebabkan pengikutnya meninggal. Pemimpin sekte itu diduga memaksa pengikutnya untuk membuat diri mereka dan anak-anak mereka mati kelaparan, yang diklaim sebagai cara untuk masuk surga dan bertemu Yesus.
1. Pihak berwenang menemukan 429 korban
Dilansir DW, kasus ini mulai terungkap pada April tahun lalu setelah seorang pria melaporkan bahwa istri dan putrinya telah pergi untuk bergabung dengan kelompok Mackenzie, tapi mereka belum kembali. Polisi kemudian menemukan mayat yang berada dalam kuburan dangkal dan orang-orang kurus kelaparan di hutan Shakahola.
Pihak berwenang dalam penyelidikan selama tiga minggu berikutnya menemukan lebih banyak kuburan dangkal berisi mayat-mayat, banyak di antaranya adalah anak-anak, serta orang-orang yang selamat.
Dalam kasus ini polisi menemukan 429 korban, sebagian besar meninggal karena kelaparan, tapi beberapa diantaranya dicekik dan dipukuli sampai mati menggunakan benda tumpul. Mackenzie dilaporkan telah menyewa penjahat bersenjata untuk menghentikan atau membunuh siapa saja yang berubah pikiran untuk mati kelaparan.
Kasus ini dijuluki Pembantaian Hutan Shakahola dan menyebabkan pemerintah berupaya memperketat peraturan mengenai kelompok agama pinggiran. Kenya, negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen telah berjuang untuk mengatasi aktivitas kriminal yang terkait dengan gereja kecil dan aliran sesat.
2. Kesaksian penyintas
Dilansir BBC, Neema (bukan nama sebenarnya), ibu empat anak dan salah satu penyintas dari ajaran sesat itu, mengatakan dia bersama anggota gereja lainnya mengikutinya Mackenzie ke hutan Shakahola pada tahun 2022. Awalnya mereka melakukan perjalanan ke sana dan kembali ke rumah, tapi pada akhir tahun dilarang untuk pulang.
Neema sedang mengandung anak keempatnya selama dua bulan ketika pergi ke hutan untuk terakhir kalinya. Dia mengatakan dia ditahan di sana di luar keinginannya dan para perempuan berulang kali diperkosa oleh penjaga.
“Khotbah berhenti. Mereka bilang kita sekarang sudah selesai dengan pengajaran kita hanya menunggu untuk bertemu Yesus," ujarnya.
Dai juga mengatakan pada awal di hutan akan diberi setengah cangkir teh dan sepotong roti. Namun, setelah beberapa waktu tidak lagi diberi makanan atau minuman, yang membuat Neema dan orang-orang menyelinap ke semak-semak dan memetik buah beri liar untuk dimakan dan juga mengambil air dari tanah dan minum dari tangan.
Wanita itu dan dua temannya kemudian bersekongkol untuk melarikan diri. Tidak mudah untuk membuat rencana karena dilarang mengobrol dalam kelompok. Rencana kabur itu dilaksanakan saat para penjaga istirahat makan. Mereka berhasil mencapai jalan raya dan kemudian bertemu dengan seorang pengendara motor yang membawa mereka ke rumah sakit.
Neema mengatakan peristiwa itu membuatnya takut dan tidak ingin bertemu dengan Mackenzie lagi.
3. Terdakwa sudah pernah terlibat pelanggaran hukum

Mackenzie mendirikan gerejanya pada tahun 2003 dan mengumpulkan banyak pengikut dengan mengklaim bahwa ia dapat berbicara langsung kepada Tuhan. Namun, Mackenzie mulai mendapat pengawasan keta pada akhir tahun 2010-an dan bersama istrinya, menghadapi beberapa tuduhan terkait dengan praktik internal gereja.
Mackenzie pernah dihukum sebelumnya karena mendorong pengikutnya untuk menghentikan anak-anak mereka bersekolah, yang dianggap tidak saleh. Dia juga melarang mereka pergi ke rumah sakit, dengan mengatakan bahwa tempat-tempat seperti itu adalah tempat setan, yang mengakibatkan beberapa anak meninggal dan 93 anak di bawah umur diselamatkan dari kelompok tersebut pada tahun 2017.
Pemimpin sekte itu juga pernah dituduh terlibat dalam kematian dua anak yang diyakini kelaparan, mati lemas, dan dikuburkan di kuburan yang dangkal pada tahun 2019.