Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penghapusan Bahan Nuklir Fukushima Ditunda Sampai 2037

ilustrasi pabrik nuklir (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi pabrik nuklir (pexels.com/Pixabay)

Jakarta, IDN Times – Penghapusan total bahan bakar nuklir yang meleleh di reaktor Fukushima Daiichi ditunda hingga paling cepat tahun 2037.

Penundaan ini diumumkan pada Selasa (29/7/2025) oleh Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO), perusahaan operator fasilitas nuklir yang hancur akibat gempa dan tsunami dahsyat tahun 2011. Proyek pembersihan ini disebut sebagai salah satu tantangan teknis terbesar dalam sejarah nuklir Jepang.

Dilansir dari The Independent, sekitar 880 ton material berbahaya masih tersisa di dalam tiga reaktor bocor, yakni No. 1, No. 2, dan No. 3, dengan fokus awal tertuju pada reaktor No. 3. Material tersebut merupakan campuran puing struktural dan bahan bakar nuklir yang meleleh, sehingga membuat proses dekontaminasi sangat rumit dan berisiko tinggi.

1. TEPCO siapkan fasilitas dan reduksi radiasi sebelum eksekusi

Dilansir dari CNA, TEPCO memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk tahap persiapan di reaktor No. 3 bisa mencapai 12-15 tahun. Tahapan ini meliputi penurunan paparan radiasi ekstrem dan pembangunan infrastruktur teknis di sekitar reaktor. Langkah ini dinilai sangat penting mengingat kondisi internal reaktor dikategorikan sebagai sangat berbahaya.

Selama beberapa tahun terakhir, tim teknis telah dua kali mencoba mengambil sampel kecil bahan bakar meleleh dengan bantuan alat khusus. Dalam salah satu percobaan, robot dikirim masuk ke reaktor untuk mengambil material yang nantinya dijadikan dasar metode pembersihan berskala besar. Hasil pengumpulan ini akan digunakan para ahli untuk merancang cara paling aman dan efektif dalam mengekstraksi bahan berbahaya dari reaktor No. 3.

2. Target penutupan 2051 terancam gagal total

Rencana pemerintah Jepang dan TEPCO untuk menutup seluruh fasilitas Fukushima Daiichi pada tahun 2051 kini diragukan banyak pihak. Pengambilan sampel yang seharusnya dilakukan pada November lalu tertunda hingga tiga tahun dari jadwal awal. Beberapa pengamat bahkan meyakini proses dekomisioning bisa berlangsung lebih dari satu abad.

Akira Ono, kepala petugas penutupan di TEPCO, menyampaikan keterbukaan terkait hambatan yang dihadapi.

“Secara realistis, kami menyadari kesulitan (untuk mencapai target) tetapi kami belum akan meninggalkan tujuan tersebut, karena kami masih belum memiliki jadwal kerja yang jelas setelah penghapusan skala penuh dimulai,” kata Ono, dikutip dari ABC News.

Ia juga menambahkan bahwa evaluasi terhadap kesiapan reaktor No. 1 dan No. 2 akan dilakukan dalam beberapa tahun ke depan sebelum proses besar dimulai.

3. Jepang tampilkan transparansi dan promosi keamanan

Bendera Jepang (Toshihiro Oimatsu from Tokyo, Japan, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Bendera Jepang (Toshihiro Oimatsu from Tokyo, Japan, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Dilansir dari CBS News, pada Maret 2024, TEPCO merilis belasan foto dari bagian dalam reaktor No. 1 yang mengalami kerusakan berat menggunakan drone mini.

Gambar-gambar itu menampilkan kondisi struktur utama penyangga inti reaktor atau pedestal, termasuk peralatan kontrol yang bergeser dan material yang rusak. Foto-foto ini menjadi bukti visual pertama mengenai tingkat kerusakan ekstrem di bagian terdalam fasilitas.

Kemudian pada Mei 2025, pemerintah Jepang meluncurkan inisiatif untuk mengubah kawasan tanah dengan tingkat radiasi rendah di sekitar Fukushima menjadi taman bunga. Lokasi proyek ini berada tak jauh dari kantor Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba.

Menurut para pejabat, tanah yang telah menjalani dekontaminasi bertahun-tahun itu kini dinyatakan aman dan layak digunakan kembali sebagai bagian dari upaya memamerkan keberhasilan pemulihan pasca-bencana.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us