Penyebab Demo Nepal yang Membuat PM Mundur hingga Memakan Korban Jiwa!

Demo di Nepal dipicu oleh larangan media sosial dan tuduhan korupsi terhadap elite politik.
Aparat menggunakan kekerasan berlebihan yang menewaskan setidaknya 19 orang, sebagian korban adalah pelajar.
Laporan menyebut adanya pelanggaran HAM serius, termasuk penembakan di rumah sakit.
Protes meluas hingga pembakaran rumah tokoh politik dan fasilitas umum.
Meski larangan media sosial dicabut, kemarahan publik tetap berlanjut karena rasa frustrasi mendalam terhadap pemerintah.
Jakarta, IDN Times – Protes besar-besaran di Nepal berujung tragedi setelah aparat menindak keras demonstran yang sebagian besar merupakan pelajar. Setidaknya 22 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam bentrokan yang pecah sejak Senin (8/9/2025). Beberapa korban dilaporkan masih mengenakan seragam sekolah ketika ditembak aparat.
Protes awalnya menentang larangan penggunaan media sosial yang diberlakukan pemerintah, namun kemudian berkembang menjadi gerakan besar melawan korupsi. Mantan Perdana Menteri Khadga Prasad Oli akhirnya menyatakan pengunduran dirinya di tengah tekanan publik. Namun, kekerasan yang menyertai protes ini meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Nepal.
Lantas apa sebenarnya penyebab demo di Nepal yang membuat PM Nepal mundur, kerusuhan, gedung-gedung dibakar hingga memakan korban jiwa?
1. Akar masalah: larangan media sosial dan korupsi

Duduk perkara demo di Nepal bermula dari penolakan atas larangan media sosial yang dianggap membungkam suara rakyat. Menurut laporan NDTV, kebijakan ini memicu kemarahan generasi muda, terutama Gen Z, yang aktif menggunakan platform digital sebagai wadah berekspresi.
Ketidakpuasan publik semakin diperburuk oleh tuduhan korupsi terhadap elite politik. Demonstran menilai larangan media sosial hanyalah simbol dari semakin jauhnya pemerintah dari rakyat. Akhirnya, aksi damai berubah menjadi gelombang perlawanan nasional.
2. Kekerasan aparat dan korban jiwa

Sejumlah influencer di Nepal melaporkan bahwa banyak pelajar menjadi korban penembakan aparat menjadi salah satu faktor penyebab kerusuhan di Nepal. Miss Nepal Earth 2022, Sareesha Shrestha, mengungkapkan bahwa bahkan anak-anak ditembak di jalan, sementara rumah sakit tempat korban dirawat turut diserang.
“Polisi seharusnya melindungi warga, bukan membunuh mereka,” kata seorang influencer Nepal, Ruth Khadka, dikutip dari NDTV. Laporan lain menyebut adanya pelanggaran HAM serius, termasuk penembakan di fasilitas kesehatan.
3. Amarah publik yang meluas

Kerusuhan semakin membesar dengan aksi pembakaran rumah sejumlah tokoh politik, termasuk kediaman mantan Perdana Menteri Sher Bahadur Deuba dan Presiden Ram Chandra Poudel. Bahkan sebuah sekolah swasta milik keluarga Deuba juga turut dibakar massa.
Jam malam diberlakukan di Kathmandu dan kota-kota lain, sementara sekolah-sekolah ditutup. Meski larangan media sosial akhirnya dicabut, kemarahan publik terlanjur meluas karena ketidakpuasan mendalam terhadap korupsi dan tindakan represif aparat.