Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pesawat Frontex akan Patroli di Selat Inggris

Ilustrasi pesawat yang sedang berpatroli. (Unsplash.com/Daniel Eledut)
Ilustrasi pesawat yang sedang berpatroli. (Unsplash.com/Daniel Eledut)

Jakarta, IDN Times - Prancis pada hari Minggu (28/11/2021) mengumumkan bahwa Frontex, badan perbatasan Uni Eropa (UE) akan segera melakukan patroli di Selat Inggris untuk membantu memberantas penyeberangan ilegal melalui selat yang berbahaya.

Keputusan mengerahkan pesawat ini setelah menteri yang bertanggung jawab atas imigrasi dari Prancis, Jerman, Belanda, Belgia, dan Komisi Eropa melakukan pembicaraan di Calais, Prancis utara, tapi menteri dari Inggris Raya tidak ikut, dilakukan sebagai tanggapan atas kematian 27 orang yang tenggelam di selat beberapa hari yang lalu.

1. Patroli pesawat Frontex akan dimulai pada 1 Desember

Ilustrasi pesawat yang sedang patroli. (Unsplash.com/Daniel Eledut)

Melansir dari DW, Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin mengumumkan patroli pesawat Frontex akan berlangsung selama 24 jam di atas perairan Selat Inggris untuk memantau penyeberangan ilegal. Patroli akan dimulai pada 1 Desember dan pesawat juga akan terbang untuk mengawasi pantai di  Belgia dan Belanda.

Komisaris Dalam Negeri UE, Ylva Johansson mengatakan tindakan harus dilakukan untuk mencegah hilangnya nyawa dan mencegah timbulnya kekacauan datang ke perbatasan.

Darmanin mengatakan bahwa negara-negara UE ingin bekerja sama dengan Inggris Raya, meskipun tidak ada pejabat dari negara itu yang hadir dalam pertemuan. Darmanin menegaskan pertemuan ini bukan anti Inggris Raya, tapi pro terhadap Eropa.

Wakil Presiden Komisi Eropa, Margaritis Schinas pada hari Sabtu, selama perjalanan ke negara asalnya Yunani, mengatakan Inggris Raya perlu menangani masalah migrasi sendiri setelah Brexit. Schinas mengatakan sejak negara itu keluar dari UE mereka bebas dalam menentukan langkah-langkah yang mereka perlukan.

2. Prancis batalkan undangan untuk Inggris Raya

Melansir dari BBC, dalam pertemuan di Calais itu Inggris Raya telah diundang, tapi dibatalkan setelah Paris kesal atas tindakan Perdana Menteri Boris Johnson yang megunggah surat untuk Presiden Macron di Twitter, sehingga bisa dilihat publik. Macron menganggap Johnson kurang keseriusan dalam menanggapi krisisis penyeberangan.

Isi surat itu tampaknya juga membuat Macron tidak senang karena Johnson meminta Prancis menerima kembali para migran yang mencapai Inggris Raya, yang diharapkan dapat menghancurkan bisnis penyelundupan. Surat itu juga mengusulkan agar patroli polisi dan penjaga pantai bersama di pantai utara Prancis, permintaan itu sudah pernah diajukan, tapi Paris menolak dengan alasan itu melanggar kedaulatan.

Pemerintah Inggris Raya mengatakan surat itu tulus dan mendesak Prancis untuk mempertimbangkan kembali undangannya, dengan Johnson mengatakan masalah itu harus diatasi bersama.

Menteri Dalam Negeri Inggris Raya, Priti Patel menganggap ketidakhadirannya sangat disayangkan, tapi Patel pada hari Minggu pagi telah mengadakan pertemuan dengan Menteri Migrasi Belanda, Ankie Broekers-Knol. Kantornya mengatakan perlunya mitra Eropa untuk bekerja sama. Patel mengatakan dia akan mengadalan pembicaraan dengan para menteri Eropa lainnya pada minggu ini.

3. Prancis menyarankan agar migran dapat mengajukan berkas mereka di Prancis utara

Bendera Prancis. (Unsplash.com/Rafael Garcin)
Bendera Prancis. (Unsplash.com/Rafael Garcin)

Melansir dari RTE, Prancis telah menyarankan agar Inggris Raya memungkinkan para migran dan pencari suaka untuk mengajukan berkas mereka di Prancis utara. Kelompok aktivis juga menyerukan agar disediakan rute yang aman untuk menuju Inggris Raya.

Pada tahun lalu Prancis menerima sekitar 80 ribu permintaan suaka, jauh lebih banyak dibandingkan dengan Inggris Raya yang hanya sekitar 27 ribu. Sekitar 26 ribu orang pada tahun ini telah menyeberang ke Inggris Raya melalui Prancis.

Kelompok kriminal penyelundup ini diketahui menggunakan Belgia, Belanda, dan Jerman sebagai basis untuk mengatur operasi mereka. Banyak dari para migran yang diyakini melalui Belgia menuju Prancis utara yang merupakan tempat untuk menyeberang ke Inggris Raya. Perlengkapan untuk menyeberang seperti jaket dan pelampung dapat dibeli di Belanda dan Jerman tanpa menimbulkan kecurigaan.

Kecelakaan kapal tenggelam pada beberapa hari sebelumnya menewaskan 27 orang, 17 pria, tujuh wanita, dan tiga anak di bawah umur tewas. Dalam peristiwa itu ada lima orang yang telah ditahan pihak berwenang salah satunya mengendarai mobil dengan registrasi Jerman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ifan Wijaya
EditorIfan Wijaya
Follow Us