Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PM Prancis François Bayrou Digulingkan Parlemen, Pemerintahan Runtuh

François Bayrou, Perdana Menteri Prancis (Régions Démocrates 2010, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
François Bayrou, Perdana Menteri Prancis (Régions Démocrates 2010, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Rencana penghematan Bayrou picu penolakan parlemen.
  • Lawan politik serang Macron dan dorong pemilu cepat.
  • Masa depan pemerintahan dan tekanan ekonomi yang meningkat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN TimesPerdana Menteri Prancis, François Bayrou, resmi dilengserkan setelah parlemen menggelar pemungutan suara pada Senin (8/9/2025). Sebanyak 364 anggota parlemen menolak kepemimpinannya, sementara hanya 194 yang mendukung, jauh melampaui ambang 280 suara untuk menjatuhkan pemerintahan. Keputusan ini menjerumuskan Prancis ke dalam krisis politik baru di tengah tekanan ekonomi dan ketegangan geopolitik.

Bayrou, yang baru sembilan bulan menjabat, dijadwalkan menyerahkan pengunduran dirinya pada Selasa (9/9/2025). Kantor Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyatakan seorang perdana menteri baru akan ditunjuk dalam beberapa hari mendatang.

Dilansir dari CNN, posisi ini menjadi yang kelima kalinya harus diisi Macron dalam kurun kurang dari dua tahun setelah Michel Barnier juga tumbang lewat mosi tidak percaya pada Desember 2024.

1. Rencana penghematan Bayrou picu penolakan parlemen

Runtuhnya pemerintahan Bayrou berawal dari rencana anggaran ketat yang dianggap terlalu memberatkan. Bayrou ingin memangkas defisit fiskal yang hampir dua kali lipat dari batas 3 persen Uni Eropa dengan menargetkan penghematan 44 miliar euro atau sekitar Rp843 triliun. Usulan itu mencakup penghapusan dua hari libur nasional, pembekuan belanja pemerintah, serta kenaikan pajak, sementara utang publik Prancis pada kuartal pertama 2025 sudah mencapai 114 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), dilansir dari Fox News.

Bayrou sempat berpidato di hadapan Majelis Nasional untuk menggambarkan kondisi keuangan negaranya.

“Kalian memiliki kekuatan untuk menjatuhkan pemerintahan, tetapi kalian tidak memiliki kekuatan untuk menghapus kenyataan. Kenyataan akan tetap tak kenal ampun: pengeluaran akan terus meningkat, dan beban utang, yang sudah tak tertahankan, akan semakin berat dan lebih mahal,” katanya.

Ia lalu memperingatkan dampak buruk bagi generasi mendatang, namun peringatan itu tidak digubris mayoritas parlemen yang menilai kebijakannya terlalu menyudutkan warga miskin.

Koresponden Al Jazeera, Natacha Butler, menilai hasil ini menjadi pukulan telak bagi Bayrou.

“Bagi Bayrou, ini adalah kekalahan telak. Tentu saja mayoritas besar memilih menentangnya dan anggaran penghematannya,” ujarnya.

Ia menambahkan, sebagian sekutu konservatif Bayrou pun ikut menentangnya, sehingga mempermalukan eks perdana menteri itu di panggung politik.

2. Lawan politik serang Macron dan dorong pemilu cepat

Presiden Prancis, Emmanuel Macron (Пресс-служба Президента Российской Федерации, This file is licensed under the Creative Commons Attribution 4.0 International license, via Wikimedia Commons)
Presiden Prancis, Emmanuel Macron (Пресс-служба Президента Российской Федерации, This file is licensed under the Creative Commons Attribution 4.0 International license, via Wikimedia Commons)

Gelombang kritik terhadap Macron semakin deras usai Bayrou dijatuhkan.

“Macron sekarang berada di garis depan menghadapi rakyat. Dia juga harus pergi,” tulis Jean-Luc Melenchon, pemimpin partai kiri radikal La France Insoumise lewat X.

Namun blok kiri, meski memegang kursi terbanyak di Majelis Nasional yang beranggotakan 577 orang, tetap tak mampu membentuk pemerintahan sendiri.

Sementara itu, pemimpin sayap kanan, Marine Le Pen, mendesak digelarnya pemilu Cepat. “Momen ini menandai akhir dari penderitaan pemerintahan hantu,” serunya.

Akan tetapi, Macron menolak opsi membubarkan parlemen karena khawatir pemilu baru justru memperkuat kubu sayap kanan dan membuat legislatif makin terpecah, melanjutkan krisis sejak keputusan pemilu kilat tahun.

Kekacauan politik ini bermula dari langkah Macron menggelar pemilu kilat pada 2024 setelah Partai Rally Nasional besutan Le Pen tampil dominan di pemilu Parlemen Eropa. Hasilnya, parlemen pecah menjadi beberapa blok, dengan kubu sentris Macron kehilangan banyak kursi ke tangan kanan dan kiri ekstrem, sehingga kondisi kebuntuan semakin menguat.

3. Masa depan pemerintahan dan tekanan ekonomi yang meningkat

Bendera Prancis (pexels.com/Atypeek Dgn)
Bendera Prancis (pexels.com/Atypeek Dgn)

Pengamat politik dari Universitas Nottingham, Hugo Drochon, menilai Macron memiliki pilihan terbatas.

“Entah dia pergi lagi untuk seseorang dari partai kanan tengah ... atau dia menjangkau kaum sosialis,” katanya kepada Al Jazeera.

Ia menjelaskan, jika Macron merangkul sosialis, maka kompromi besar soal anggaran harus dilakukan.

“Kekhawatiran terbesar, setidaknya dari pasar keuangan, bukanlah apa yang akan dilakukan, tetapi sesuatu yang dilakukan. Mereka menginginkan seorang perdana menteri dan anggaran yang benar-benar menangani masalah-masalah ini,” tambahnya.

Kekhawatiran pasar terlihat jelas karena imbal hasil obligasi pemerintah Prancis kini menyalip Spanyol, Portugal, hingga Yunani.

Tugas pemerintahan baru akan sangat berat, terutama dalam meloloskan anggaran di parlemen yang terbelah. Sosialis mendorong pajak lebih tinggi untuk orang kaya serta pembalikan kebijakan pemotongan pajak bisnis ala Macron, tuntutan yang berseberangan dengan partai konservatif Les Republicains yang masih memegang pengaruh penting dalam koalisi pasca 2024.

Di sisi lain, ketidakpuasan publik semakin menguat dan memicu aksi protes nasional. Kelompok kiri merencanakan demonstrasi besar pada Rabu (10/9/2025) dengan slogan “Mari kita blokir semuanya,” sementara serikat buruh mengumumkan aksi lanjutan pada 18 September. Semua ini berlangsung di tengah tantangan global, ketika Macron harus tetap mengurus perang Ukraina dan menjaga hubungan yang renggang dengan Rusia maupun Amerika Serikat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Koalisi Desak 50 Persen Kursi Parlemen untuk Perempuan

09 Sep 2025, 19:43 WIBNews