Polandia Minta Trump Desak Putin untuk Perdamaian Ukraina

- Presiden Polandia, Andrzej Duda, mendesak Trump untuk meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Rusia guna menghentikan perang di Ukraina.
- Trump menjanjikan penyelesaian konflik Rusia-Ukraina dalam waktu 24 jam jika kembali menjabat dan mulai mengisyaratkan perubahan pendekatan dengan menyatakan sedang mempertimbangkan sanksi terhadap Rusia.
- Putin mengatakan bahwa Rusia mampu menyudahi perang di Ukraina tanpa senjata nuklir dan mendeklarasikan gencatan senjata tiga hari pada 8-10 Mei untuk menandai peringatan 80 tahun kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman.
Jakarta, IDN Times – Presiden Polandia, Andrzej Duda, mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Rusia guna menghentikan perang di Ukraina.
Dalam wawancara dengan jaringan Axel Springer Global Reporters, Duda menyebut Trump sebagai satu-satunya pemimpin dunia yang dapat memaksa Presiden Rusia Vladimir Putin duduk di meja perundingan.
"AS dapat menggunakan berbagai instrumen ekonomi untuk memaksa Rusia menghormati tindakan tertentu. Jika ada yang mampu memaksa Vladimir Putin untuk berdamai, itu adalah AS, presiden AS," kata Duda pada Senin (5/5/2025), dilansir dari Politico.
Komentar ini mencerminkan harapan sejumlah pemimpin Eropa agar Trump menggunakan pengaruh global Amerika untuk menekan Moskow, terutama setelah beberapa pernyataannya justru mendorong Ukraina untuk membuat konsesi.
1. Trump mulai pertimbangkan sanksi terhadap Moskow

Trump sebelumnya menjanjikan penyelesaian konflik Rusia-Ukraina dalam waktu 24 jam jika kembali menjabat.
Ia juga telah mengirim utusan khusus, Steve Witkoff, untuk bertemu langsung dengan Putin di Moskow. Namun, pertemuan-pertemuan tersebut sejauh ini belum membuahkan hasil.
Setelah bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Roma bulan lalu, Trump mulai mengisyaratkan perubahan pendekatan. Ia menyatakan sedang mempertimbangkan sanksi terhadap Rusia, menyusul serangan berkelanjutan Moskow terhadap wilayah sipil Ukraina.
2. Putin pastikan akan akhiri perang tanpa nuklir

Secara terpisah, Putin pada Minggu mengatakan bahwa Rusia mampu menyudahi perang di Ukraina tanpa senjata nuklir. Ia berharap bahwa senjata semacam itu tak pernah digunakan.
“Tidak perlu menggunakan senjata nuklir tersebut. Dan saya harap senjata itu tidak diperlukan,” kata Putin dikutip dari Al Jazeera.
Pernyataan itu muncul menjelang gencatan senjata tiga hari yang dideklarasikan secara sepihak pada 8-10 Mei untuk menandai peringatan 80 tahun kemenangan Uni Soviet dan sekutunya atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Langkah ini dianggap menjadi inisiatif yang ia klaim akan menguji kesiapan Kiev untuk perdamaian jangka panjang. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, sebelumnya telah mendesak Rusia untuk gencatan senjata selama 30 hari, namun hal itu ditolak oleh Moskow.
3. Duda yakin Trump tak akan tinggalkan NATO

Selain mendesak Trump mengambil sikap lebih tegas terhadap Rusia, Duda juga menyatakan keyakinannya bahwa mantan presiden AS itu akan tetap membela aliansi NATO. Meski Trump sebelumnya menyerukan peningkatan belanja militer hingga 5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), Duda menawarkan kompromi.
"Ada usulan yang berbeda, 3,5 persen, ada yang mengatakan 5 persen. Saya katakan, mari kita tenang: mari kita putuskan sekarang untuk tiga persen, dan semua negara harus bertindak cepat dan meningkatkan level mereka," ujarnya.
KTT NATO berikutnya akan digelar pada Juni di Den Haag, di tengah meningkatnya tekanan untuk memperkuat pertahanan Eropa menghadapi Rusia.