Polisi Shanghai Tangkap Produsen Labubu Palsu Senilai Rp26 Miliar

Jakarta, IDN Times - Polisi di Shanghai membongkar komplotan pembuat dan penjual Labubu palsu pada Juli, menahan delapan orang dan menyita 5 ribu mainan palsu senilai 12 juta yuan (sekitar Rp26,4 miliar).
Boneka Labubu, dibuat oleh produsen mainan Pop Mart yang berbasis di Beijing, China, telah menjadi barang wajib di dunia internasional, menghiasi tas tangan para selebritas.
1. Labubu palsu marak beredar di China

Boneka dengan tema makhluk berbulu bertaring ini, yang biasanya dijual seharga sekitar 40 dolar AS (sekitar Rp658 ribu), dirilis dalam jumlah terbatas dan telah menyebabkan kehebohan di toko-toko di seluruh dunia.
Barang tiruannya pun telah membanjiri platform daring, dijuluki "Lafufus" oleh pengguna media sosial. Banyak di antaranya juga beredar dan dibuat di China.
Dikutip dari Shanghai Daily, penggerebakan bernilai miliaran rupiah ini dilakukan pada Selasa (29/7/2025).
2. Ini kronologi penggerebekan

Kronologi penggerebekan bermula dari Pop Mart yang mengadu ke polisi, ihwal seorang pelanggan melaporkan bahwa satu Labubu yang dibeli daring adalah palsu. Hal ini mengarah pada penemuan sebuah toko daring yang menjual kipas angin, speaker, dan konsol gim, tetapi juga menjadi kedok untuk menjual boneka Labubu palsu.
Polisi menggerebek sebuah gudang, menahan delapan orang dan menemukan 5 ribu mainan lengkap dengan merek dagang palsu dan stiker anti-pemalsuan palsu, menurut laporan tersebut.
Kasus ini bukan pertama kalinya monster berbulu ini dikaitkan dengan kejahatan. Di Singapura, rekaman CCTV merekam sebuah keluarga mencuri boneka Labubu dari mesin capit pada tahun 2024, menurut media daring AsiaOne.
Kemudian, pada Juni 2025, pencuri membobol sebuah toko di California dan mengambil beberapa boneka Labubu beserta barang elektronik dan barang berharga lainnya.
3. Omzet Labubu terus meroket

Dikutip dari Bloomberg, omzet Labubu pada 2027 diperkirakan bakal mencapai 6 miliar dolar AS (sekitar Rp98,7 triliun).
Di Beijing, satu Labubu berukuran manusia bahkan dilelang hingga 150 ribu dolar AS. Popularitas ini menciptakan margin laba kotor hampir 67 persen pada 2024, melampaui perusahaan China lain seperti Miniso (45 persen), Xiaomi (20 persen), hingga BYD (20 persen).
Pasar luar negeri menjadi kontributor utama. Pendapatan di Amerika Serikat (AS) melonjak 900 persen pada kuartal pertama 2025, sementara Eropa tumbuh sekitar 600 persen, jauh melampaui pertumbuhan domestik.
Pop Mart kini bernilai sekitar 43 miliar dolar AS (sekitar Rp701 triliun), dan penjualan internasional diperkirakan melampaui penjualan domestik pada 2025.